Ngaliyan - Miftah Farid (11th) tidak pernah membayangkan dia akan menjalani kehidupan sebagai yatim. Siswa kelas Lima ini telah ditinggal bapaknya selama-lamanya.
Almarhum Sukiyatno, S.Ag adalah seorang guru di MI Miftahul Akhlaqiyah Ngaliyan, sekolah tempat Farid belajar sekarang.
Karena faktor ekonomi, setiap hari Sukiyatno pergi ke tempat mengajar dengan menggunakan sepeda federal butut.
Suatu hari kejadian naas menimpa pria yang telah bertahun-tahun menjadi
guru wiyata bakti itu. Di tikungan dekat sekolah, tepatnya pertigaan depan perumahan Beringin Indah ia terlanggar sebuah mobil dan meninggal dunia
ditempat kejadian, meninggalkan Farid dan Ibunya
Siang itu sehabis mengajar sekira jam 14.00, ia pulang menuju rumah dengan sepedanya. Tepat di lokasi kejadian, karena tempatnya menanjak ia menuntun sepedanya.
Usut punya usut, sang sopir ternyata baru belajar menyetir, didampingi temannya di bangku sebelahnya.
4 tahun kejadian tersebut berlalu, kejadian tersebut tetap tak bisa dilupakan. Namun atas support ibu dan guru-gurunya, kini ia bisa tegar dan makin berprestasi. Di kelasnya, meski belum pernah menjadi rangking pertama, namun Farid selalu masuk sepuluh besar.
Kemandirian dan prestasi Farid ini diakui oleh Arif, kepala sekolahnya, menurutnya Farid kini sudah berubah. "Dulu berngakat ke sekolah harus diantar ibunya, kini sudah sendirian. prestasinya pun meningkat dari hari ke hari," ujarnya.
Pihak yayasan sekolah Farid menggratiskan biaya apapun kepadanya. Bahkan, ada beberapa donatur yang kadan-kadang memberi bantuan uang saku padanya.
Menurut Arif, donatur tersebut kemungkinan iba melihat farid yatim, dan ibunya jobless alias belum bekerja. disamping itu menurutnya, orang-orang tersebut ingin membalas jasa-jasa almarhum ayah Farid.
"Ayahnya Farid (Sukiyatno-red) setiap hari juga membantu menyeberangkan siswa-siswa disini, jadi tidak heran banyak yang iba dan ingin membalas jasanya menyelamatkan anak-anaknya," pungkasnya.