Selasa, 22 Nopember 2016 | Abe Ziyad - SemarangEdu.com
Nasirun Juara 1 nasional (foto: dok kemendikbud)
Jarak sekolah dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong sekitar 160 Km yang terletak di kota, atau setara dengan perjalanan selama 12 jam melalui jalur laut. Murid-murid Nasirun berasal dari tujuh desa di sekitar lokasi sekolah tersebut.
Banyak pengalaman menarik pernah dirasakan Nasirun selama menjadi guru di daerah khusus yang termasuk daerah 3T itu (tertinggal, terdepan, dan terluar). salah satunya ketika ujian nasional (UN) tahun 2011, saat itu murid-muridnya diharuskan mengumpulkan foto untuk ditempel di kartu UN.
Namun ada satu siswa yang tidak masuk dan tidak mengumpulkan foto. Setelah ditunggu selama tiga hari, siswa itu tidak juga masuk sekolah. Kemudian Nasirun datang ke rumahnya dan bertanya alasan muridnya itu tidak masuk sekolah dan mengumpulkan foto, padahal sudah mendekati waktu pelaksanaan UN. Siswa itu mengungkapkan bahwa dia tidak punya uang untuk foto.
“Di sana, untuk mengumpulkan foto setidaknya siswa harus mengeluarkan uang sebesar Rp 20.000 dan untuk transport sekitar Rp 300.000,” tutur Nasirun sebagaimana dilansir laman kemendikbud. Akhirnya ia memutuskan untuk memfasilitasi anak didiknya itu agar bisa mengumpulkan foto dan bisa ikut ujian nasional.
Tahapan menjadipemenang nasional dilewati dari juara tingkat kecamatan, yakni kecamatan Salawati Selatan. Ia kemudian maju ke seleksi di tingkat kabupaten. Berhasil di tingkat kabupaten, pria yang sudah delapan tahun menjabat sebagai kepala sekolah itu melaju ke tingkat provinsi dan berhadapan dengan tujuh orang lainnya. Ia pun berhasil mewakili Provinsi Papua Barat melaju ke pemilihan Guru Berprestasi dan Berdedikasi di Tingkat Nasional Tahun 2016.
Setelah menyisihkan 17 orang di tahap final di Jakarta, Nasirun akhirnya berhasil menjadi juara 1 Kepala Sekolah SMP Daerah Khusus Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2016.
Putra veteran asal Purwokerto
“Saya tentu merasa bangga. Ini merupakan surprise bagi saya. Dan semoga ini bisa menjadi motivasi bagi saya untuk terus melakukan yang lebih baik,” ujar pria kelahiran Karangnangka, Purwokerto, 7 Juli 1968 itu. Ayah Nasirun merupakan orang Purwokerto, Jawa Tengah, yang menjadi veteran di Papua, sehingga Nasirun sudah sejak kecil tinggal dan bersekolah di Papua.
Selama menjadi kepala sekolah, Nasirun menempati rumah dinas yang berjarak 2 Km dari sekolah. Banyak harapan yang disampaikan kepala sekolah yang diangkat pada tahun 2008 itu. Ia berharap agar akses transportasi, komunikasi, informasi, dan listrik lebih baik dari sebelumnya, apalagi setelah dirinya dinobatkan sebagai Kepala Sekolah SMP Daerah Khusus Berdedikasi Tingkat Nasional.
“Karena mereka (siswa di Kabupaten Sorong) sebenarnya memiliki potensi yang luar biasa. Dan semoga ke depan aksesnya bisa lebih baik agar kami bisa sama dengan sekolah-sekolah yang ada di kota,” tuturnya.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.