Semarang. EDUKASIA.ID - Metode Qiroati saat ini sudah sangat populer di kalangan muslim di indonesia sebagai salah satu metode membaca Al-Qur'an.
Penyusun metode Qiroati ini adalah KH Dahlan Salim Zarkasyi yang berasal dari kota Semarang Jawa Tengah.
Sejarah Qiroati
Berikut sejarah perkembangan Qiroati yang disarikan dari Ceramah KH. Ahmad Suhari dalam acara MMQ ke 22 di Semarang, Minggu (20/3/2022).
Metode Qiroati ini disebut bermula dari keprihatinan KH Dahlan Salim Zarkasyi melihat perkembangan pengajian Al Qur'an yang ada di kebanyakan tempat menggunakan metode Bagdadi, yaitu model ejaan alif fathah a, alif kasrah i.
Kyai Dahlan merasa prihatin karena bacaan yang dihasilkan menurutnya kurang sempurna, dan proses belajarnya terlalu lama dan bertele-tele, sehingga berusaha menyusun metode atau cara membaca Al Qur'an yang cepat dan tepat.
Sosok kyai Dahlan disebut sederhana, berprofesi awal sebagai penjual minyak tanah keliling dari suatu tempat ke tempat lain, dalam perjalanan nya beliau beristirahat di mushola dan pada malam harinya mengamati pengajian yang berlangsung di tempat tersebut.
Pada tahun 1985 Kyai Dahlan berhasil menyusun sebuah metode yang diberi nama Qiroati yang artinya adalah bacaanku.
Selama proses penyusunannya, karya yang telah disusun selalu ditashihkan kepada kyai ahli Al Qur'an yaitu KH. Turmudzi Taslim Al hafidz dan KH. Muin Wot Prau Semarang.
Setelah berhasil menyusun metode ini, kemudian Kyai Dahlan mendirikan TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an), disebut pertama kali di Indonesia dan sebelumnya belum pernah ada, TPA ini cikal bakal berdirinya TPA atau yang sekarang dikenal TPQ.
Metode ini kemudian dikembangkan ke luar wilayah Semarang, salah seorang kerabat kyai Dahlan yang mengembangkan TPA di wilayah Pantura adalah KH. Ahmad Suhari, yang mengembangkan TPA di wilayah Pemalang dan Pekalongan, kemudian mendirikan yayasan dan TPA An Nur. TPA inilah yang kemudian menjadi cikal bakal TPA di wilayah Pantura.
Pesan Kyai Dahlan
Dalam acara MMQ QIROATI ke 22, KH Ahmad Suhari yang sekarang sebagai pengasuh ponpes Ar Radliyah dan TPQ As Sahal, Sambiroto, Tembalang, Kota Semarang menyampaikan pesan-pesan Kyai Dahlan yaitu :
1. Qiroati itu tidak dibebaskan, artinya bukan sembarang guru mengajarkan ngaji, sedangkan guru tidak tahu ilmu ngaji Al Qur'an. Maka dari itu guru ngaji harus belajar ngaji dulu sampai benar, baru bisa mengajarkan membaca Al Qur'an. Hal tersebut agar tidak terjadi kesalahan membaca turun temurun.
2. Guru ngaji tidak hanya mengajar ngaji tapi harus memahami nilai-nilai Al Qur'an
3. Menghindari meminta
4. Selalu menyandarkan kepada Allah
5. Kunci cepat mahir Al Qur'an: Panjang pendek, Makharijul huruf, Ghunnah/ tajwid
Sedangkan KH Ahmad Suhari sendiri berpesan yaitu Qiroati di sekolah jangan terlalu ketat karena belajarnya hanya seminggu sekali, kecuali d TPQ ngajinya hampir setiap hari.
Selain itu, kedepannya Qiroati perlu dikembangkan lagi agar semakin baik seperti ada sanad tajwid, Sanad tahsin. Agar amal kyai Dahlan lebih lengkap, perlu mengembangkan Qiroati tidak hanya di TPQ dikembangkan ke program Tahfidz agar anak pasca TPQ ada lanjutannya, Program Tahfidz ditashih kepada ustadz yang hafidz.
Mari kita doakan guru kita KH. Dachlan Salim Zarkasyi beserta keluarga yang sudah mendahului selalu mendapatkan Rahmat Allah SWT, Al Fatihah.
Wallahu a'lam
Editor : Moh. Miftahul Arief
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.