Dok. ig @lolovaabuks |
Judul Buku : Gadis Kretek
Penulis : Ratih Kumala
Tebal : 275 Halaman
Genre : Novel/Fiksi
ISBN : 978-979-22-8141-5
Terbitan Pertama : 2012
Novel karya Ratih Kumala yang berhasil diterjemahkan dalam tiga bahasa yakni Inggris, Jerman dan Mesir ini termasuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012. Berkisah tentang Soeraja, pemilik bisnis kretek terbesar dari Kudus bernama Kretek Djagat Raja. Soeraja yang tengah sekarat dan nama Jeng Yah, kekasihnya dahulu dan membuat ketiga anaknya Tegar, Karim dan Lebas berusaha mencari keberadaan sang gadis kretek, Jeng Yah.
Pencarian Jeng Yah ibarat napak tilas yang menguak bisnis dan rahasia keluarga hingga mengetahui kisah cinta ayah mereka dengan pemilik lidah Roro Mendhut yang juga pemilik Kretek Gadis, kretek lokal Kota M yang terkenal pada zamannya.
Novel Gadis Kretek tidak hanya menceritakan romansa Soeraja dan Jeng Yah. Lebih dari itu, dengan latar cerita kota M, Kudus, Jakarta dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah pada periode penjajahan Jepang sampai pemberontakan PKI akan membawa pembaca bertualang dengan sejarah dan industri kretek di Indonesia.
Terdiri dari 15 bab, Cerita diawali dengan sakitnya legenda, Pak Soeraja yang tengah sekarat. Bukan nama istri yang menemani dirinya selama hidup, melainkan Jeng Yah. Nama keramat yang tidak seharusnya disebut kembali.
Ketiga putra Soeraja meyakini bahwa racauan romonya itu merupakan permintaan yang harus diwujudkan. Lebas, si bungsu kemudian mulai menggali informasi apapun yang bisa didapat dari romonya yang tengah sekarat dan membuat ingatannya berkurang, berhasil. Lebas berhasil mendapatkan kisi-kisi keberadaan terakhir Jeng Yah.
Awal Pencarian
Kudus, kota asal muasal Djagad Raja menjadi awal mula petualangan mereka bertiga dalam pencarian Jeng Yah. Pencarian dimulai dari kota kelahiran Djagad Raja, Kudus. Ketiganya akhirnya bertemu dengan pelinting tertua dari pabrik Kretek Djagad Raja, Mbok Marem yang menjadi gerbang perjalanan mereka dalam menemukan Jeng Yah.
Novel ini membawa pembaca sejak bab pertama hingga terakhir turut mencium aroma tembakau, cengkeh khas kretek. Bersampul seorang gadis dengan sanggul dan kretek yang terselip di antara jarinya serupa dengan gambar etiket yang membawa Jeng Yah mendapat julukan "lidah Roro Mendhut".
Tak hanya sampul depannya, novel ini juga menyajikan gambar-gambar etiket yang akan menjelaskan isi, latar dan waktu dari bab-bab di dalamnya. Pembaca harus ekstra fokus karena Gadis Kretek disajikan dengan dua sudut pandang, yakni Lebas dan juga Jeng Yah.
Terlepas dari alur yang maju mundur, novel yang mengisahkan tentang tiga generasi mulai dari Idroes Moeria, Dasiyah hingga anaknya, Arum. Ratih Kumala sebagai penulis berhasil mengakhiri kisah dengan plot twist yang membuat pembaca terkecoh.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.