Semarang. EDUKASIA.ID - Seorang mantan marbot Masjid, Alvin Noor Sahab menjadi penerima beasiswa atau awardee doktoral atau S3 dari LPDP-Kementerian Agama (Kemenag), padahal baru berusia 27 tahun.
Selepas lulus mondok di Ponpes Futuhiyyah Mranggen Demak, Alvin (sapaan akrabnya) melanjutkan kuliah S1 pada jurusan Hukum Tata Negara, di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Sejak itulah dirinya menjadi Marbot Masjid Al-Huda Janti Baru, Yogyakarta.
"Dengan menjadi Marbot Masjid dapat meringankan biaya hidup, tidak membayar uang bulanan yang seharusnya dibayarkan saat hidup di kos,” ujarnya memberi alasan.
Selepas mengajar ibu-ibu lansia membaca al-Qur’an tiap habis Isya, ia lalu pergi untuk menjaga Warnet, yang saat itu masih diminati di Yogyakarta, aktifitas ini dilaksanakan hingga pukul 03.00 WIB, dini hari sebelum kembali ke masjid saat shalat shubuh.
Untuk mengais rejeki lagi, setiap Minggu pagi sampai siang Alvin juga berjualan es teh di Sunmor, yaitu pasar dadakan yang berlokasi di sekitar kampus Universitas Gadjah Mada.
“Saya menjalani itu semua hampir empat tahun lamanya, ya tetap bersemangat karena yakin akan harapan kelak impian masa depan terwujud,” tandas pengelola Jurnal Indo-Islamika UIN Syarif Hidayatullah tersebut.
Di sela-sela kesibukan menjadi Marbot Masjid dan bekerja paruh waktu, Alvin masih aktif mengikuti organisasi seperti IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMAFTA (Ikatan Mahasiswa Alumni Futuhiyyah Yogyakarta), IKANMAS (Ikatan Mahasiswa Semarang), IKPM JATENG, JFB (Jogja Folding Bike), dan lain sebagainya.
Meski demikian, tak lantas membuatnya terlena dalam akademik. Dirinya bertekad membuktikan bahwa meski aktivitas tetap tugas utamanya yaitu belajar tetap dapat diatur dengan baik. “Boleh menjadi aktivis, tapi jangan pernah lupa dengan tugas utamanya, yakni kuliah.Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan S1 di UIN Sunan Kalijaga dengan waktu 3 tahun 5 bulan dengan IPK cumlaude yaitu 3,70,” terang mahasiswa doktoral studi Islam UIN Walisongo ini.
Bercita-cita professor
Alvin memiliki cita-cita tinggi, yakni ingin menjadi Profesor di usia muda. Untuk mencapainya, pada 201 dirinya memberanikan diri untuk mendaftar S2 melalui beasiswa LPDP Kementerian Keuangan. Sebelumnya ia melakukan riset kecil mulai dari bertanya kepada para awardee LPDP, membuat proposal tesis, konsultasi dengan beberapa dosen di UIN Sunan Kalijaga, dan tes Toefl.
“Step by step saat mendaftar LPDP mulai dari seleksi administrasi, FGD, Essay on the Spot, dan Wawancara saya lewati, hingga akhirnya dinyatakan lolos sebagai awardee LPDP di UIN Syarif Hidayatullah,” tandasnya..
Saat menjadi UIN Syarif Hidayatullah di ibukota Jakarta inilah dirinya benar-benar merasakan manfaat dari beasiswa. “Memulai hidup baru di Ibukota Jakarta tentu tidak mudah, beasiswa LPDP ini menjawab kegelisahan saya saat hidup di Jakarta,” tukas Alvin.
Dirinya mengaku semua pembiayaan mulai biaya kampus sudah dibayarkan semua sampai lulus, mendapat uang bulanan, uang buku, dana penelitian dan lain sebagainya. Tugasnya hanya belajar dan belajar, maka dia mempunyai target selama kuliah S2 harus memiliki karya ilmiah, menguasai beberapa soft skill yaitu Desain grafis, Fotografer, Videografer, dan skill lainnya.
“Alhamdulillah selama S2 di UIN Syarif Hidayatullah, saya telah menerbitkan 15 Artikel terindeks Sinta, 1 Scopus Q2, 1 Novel, 1 Buku Ilmiah on process, dan 1 Scopus Q1 on process 2023,” sambung pengurus LPBKI (Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman) MUI pusat ini.
Selepas lulus S2 beasiswa itu, dengan penuh keyakinan, doa, dan juga usaha Alvin mendaftar S3 Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP-Kemenag. Dia mempersiapkan dengan baik semua syarat mulai Toefl, Surat rekomendasi, hingga proposal disertasi.
“ALhamdulillah lolos seleksi administrasi, tes skolastik, dan tes wawancara hingga dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa S3 BIB LPDP-Kemenag di UIN Walisongo pada usia 27 tahun,” kenangnya.
Pada para santri di pondok pesantren, Alvin berpesan agar mereka senantiasa optimis. “Sebagai alumni pondok pesantren, saya berharap adik-adik santri jangan ada kata pesimis, buktikan bahwa kalian mampu dan layak menjadi salah satu penerima beasiswa pendidikan di dalam negeri maupun luar negeri,” pesan Alvin.
Dia meminta calon pendaftar beasiswa agar mempersiapkan semaksimal mungkin khususnya bahasa asing Arab dan Inggris.
“Dengan persiapan yang matang, Insya allah pasti ada jalan untuk mencari ilmu. Karena mencari ilmu tidak akan pernah membuatmu menjadi miskin. Yakinlah bahwa Allah SWT selalu memberikan kemudahan bagi hambaNya dalam mencari ilmu. Salam sukses untuk semua santri Indonesia,” pungkas Alvin.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.