Yogyakarta. EDUKASIA.ID - Fajar Sidik Abdullah Kelana dinobatkan sebagai 20 insinyur dan inovator muda terbaik tingkat dunia di ajang penghargaan James Dyson Award, awal tahun 2023 ini.
Pemuda yang dengan panggilan akrab Fajar Kelana ini merupakan salah satu alumnus terbaik Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) dan KTH Royal Institute of Technology Swedia.
Namun, siapa sangka Fajar Kelana yang berprestasi tersebut berasal dari latar belakang kurang mampu. Dilansir laman UGM, Fajar Kelana lahir dari keluarga petani tak mampu di Sragen.
Meski demikian, Fajar mengaku sangat termotivasi mengembangkan teknologi Banoo, sebuah inovasi teknologi perikanan yang mengantarnya meraih prestasi tingkat dunia tersebut.
Ia meyakini inovasi dan teknologi yang dia kembangkan bermanfaat untuk masyarakat kecil.
“Tidak pernah menyangka bakal dipilih dan dianugerahi sebagai 20 insinyur dan inovator muda terbaik dunia di James Dyson Award. Bangga tentulah," ungkapnya belum lama ini.
Penghargaan yang diterima Fajar disebut menjadi wujud apresiasi, inspirasi sekaligus dorongan untuk para insinyur dan inovator muda di seluruh dunia dalam menciptakan inovasi teknologi yang bermanfaat untuk memecahkan berbagai masalah riil di tengah masyarakat dunia.
Dalam ajang ini, Fajar mengembangkan inovasi teknologi perikanan bernama Banoo yang merupakan alat microbubble generator untuk budidaya ikan yang bisa menghasilkan gelembung udara berukuran 40 mikron di dalam air dan mampu meningkatkan dissolved oxygen atau oksigen terlarut di dalam air hingga 10 ppm.
“Peningkatan oksigen terlarut hingga 10 ppm dengan menggunakan teknologi Banoo sudah terbukti secara ilmiah mampu meningkatkan pertumbuhan ikan dan peningkatan hasil panen pembudidaya ikan di Indonesia 78 persen lebih banyak dari alat aerasi kolam yang ada di pasaran. Jadi, pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan pembudidaya ikan di Indonesia juga bisa naik,” ungkap Fajar.
Fajar menjelaskan teknologi Banoo juga terintegrasi dengan IoT water quality sensor sehingga alat Banoo beroperasi secara otomatis tergantung dengan kualitas air yang ada di kolam atau tambak.
Teknologi ini bekerja dengan sistem otomasi yang berdasarkan pada data kualitas air secara real-time, dan ketika oksigen terlarut di dalam air rendah terbaca oleh IoT water quality sensor maka sensor akan menyalakan alat untuk memproduksi gelembung oksigen berukuran mikron.
“Sebaliknya, ketika oksigen di dalam air sudah cukup tinggi, sensor akan memberikan sinyal ke alat untuk berhenti beroperasi. Fitur dan sistem ini bertujuan untuk menghemat konsumsi energi listrik,” terangnya.
Dia menerangkan teknologi Banoo saat ini juga sedang dikembangkan lebih lanjut untuk terkoneksi dengan smartphone melalui aplikasi sehingga pembudidaya ikan dan petambak di seluruh dunia, terutama di Indonesia dapat mengetahui kondisi kualitas air di kolam di lokasi mana pun.
Selain itu, di tengah isu potensi krisis energi dan permasalahan lingkungan di seluruh dunia, teknologi Banoo ke depannya juga akan dikembangkan untuk menggunakan energi listrik dari panel surya sebagai sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan.
James Dyson Award adalah penghargaan untuk insinyur dan inovator dunia. James Dyson Award diprakarsai oleh James Dyson. Ia adalah salah satu insinyur dan inovator yang sangat terkenal dari Inggris yang berhasil menciptakan berbagai inovasi dan teknologi yang mengantarkannya menjadi salah satu insinyur dan inovator paling sukses di Britania Raya bahkan dunia.
Jika ingin mengetahui teknologi Banoo lebih lanjut bisa mengunjungi laman Banoo di www.banoo.id atau akun Instagram Banoo di @banoo.id
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.