Kegiatan arwah jama' pesantren Al USwah Semarang. foto ist.
Puncak arwah jama’ diisi mauidhoh hasanah oleh pengasuh pondok pesantren KH. M. Thoyyib Farchany. Masyarakat membahasakan ruwah kepanjangan dari “meruhi arwah” artinya melihat arwah. Hal ini dimaksudkan untuk berziarah kubur ke makam orang tua dan para leluhur.
“Mati itu pasti. Yang penting adalah persiapan. Mati itu wajib. Maka kita wajib bahas soal mati,” terang Abah Thoyyib sapaan akrab putra pertama KH. M. Mukhlishin (alm).
Abah Thoyyib menyitir ayat 34 surat al-A’raf. “Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.” Ayat ini untuk mengingat kematian. Tak ada seorangpun yang mampu menolak kedatangan ajal.
Dengan nada bercanda Abah Thoyyib mempersilahkan jama’ah terlebih dahulu untuk menjemput ajal. Biar Abah paling terakhir. Sontak jama’ah pengajian yang terdiri dari penduduk sekitar pesantren dan walisantri tertawa.
Setiap manusia tak bisa membanggakan dirinya sendiri. Ada banyak kelebihan yang dimiliki sekarang ini merupakan jerih payah para leluhur. Hal ini diingatkan Abah Thoyyib untuk mengenang jasa para leluhur. Maka sudah sewajarnya sebagai anak mendoakan orang tua, kakeh, buyut hingga para leluhur.
Hadits riwayat Imam Muslim menjelaskan bahwa apabila ada seseorang telah meninggal maka akan terputus amalnya kecuali tiga hal, salah satu diantaranya anak saleh yang mendoakan orang tua. Maka sudah benar para walisantri memondokkan anak. Anak dibiayai semoga menjadi anak saleh dengan harapan kelak mampu dan mau untuk mendoakan para leluhurnya.
Pada arwah jama’ kali ini tak seperti biasanya, H. Yusrul Falah selaku lurah pondok pesantren Al-Uswah menggelar bazar kewirausahaan dari anak-anak SMA Al-Uswah. Pak Falah sekaligus kepala sekolah SMA mendukung penuh pengembangan santri. Makanan yang dijual diantaranya nastar classic, strawberry thumbprint dan stick bawang.
Setiap manusia tak bisa membanggakan dirinya sendiri. Ada banyak kelebihan yang dimiliki sekarang ini merupakan jerih payah para leluhur. Hal ini diingatkan Abah Thoyyib untuk mengenang jasa para leluhur. Maka sudah sewajarnya sebagai anak mendoakan orang tua, kakeh, buyut hingga para leluhur.
Hadits riwayat Imam Muslim menjelaskan bahwa apabila ada seseorang telah meninggal maka akan terputus amalnya kecuali tiga hal, salah satu diantaranya anak saleh yang mendoakan orang tua. Maka sudah benar para walisantri memondokkan anak. Anak dibiayai semoga menjadi anak saleh dengan harapan kelak mampu dan mau untuk mendoakan para leluhurnya.
Pada arwah jama’ kali ini tak seperti biasanya, H. Yusrul Falah selaku lurah pondok pesantren Al-Uswah menggelar bazar kewirausahaan dari anak-anak SMA Al-Uswah. Pak Falah sekaligus kepala sekolah SMA mendukung penuh pengembangan santri. Makanan yang dijual diantaranya nastar classic, strawberry thumbprint dan stick bawang.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.