Mengenal Bubur India, Takjil Legendaris Masjid Pekojan

0

Dok. Jatengprov.go.id

Warga Semarang pasti tidak asing lagi dengan bubur India, takjil legendaris yang hanya bisa ditemukan di masjid Pekojan,  Jalan Petolongan 1, Kampung Pekojan, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah. Hidangan tersebut biasa dibagikan secara gratis kepada warga yang datang dan mengikuti pengajian di masjid Pekojan sebagai hidangan berbuka puasa.

Jurnal Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro menyebutkan, asal-usul bubur India tidak lepas dari Semarang sebagai kota pelabuhan pada masa lalu, sejak abad ke-17, Semarang dijadikan sebagai pelabuhan kapal besar dari berbagai negara. Kota Semarang mulai terbentuk dari kampung-kampung yang tercipta dari para pendatang multietnis yang singgah untuk berdagang maupun bertempat tinggal, salah satunya adalah masyarakat muslim India yang akhirnya singgah dan berdomisili di kampung Pekojan. 

Pekojan berasal dari kata koja, yang mendapat awalan –pe dan akhiran –an. Awalan –pe dan akhiran –an ini memiliki arti ‘tempat’. Dengan demikian Pekojan artinya tempatnya koja, yang menandakan bahwa kampung itu adalah tempat tinggalnya orang-orang koja, yaitu sekelompok masyarakat muslim yang berasal Gujarat, India. 

Sebagai kampung muslim, hal menarik pada kampung ini terjadi pada setiap bulan Ramadhan, yaitu selalu disajikannya bubur India di Masjid Jami’ Pekojan sebagai menu utama untuk berbuka puasa. Menurut penuturan Bapak Ahmad generasi keempat juru masak bubur india, tradisi membuat bubur ini sudah berjalan sekitar 100 tahun, akan tetapi bahan-bahan yang digunakan untuk membuat serta cara pembuatannya tetap sama seperti yang diajarkan oleh petugas yang memasak sebelumnya. 

Pada mulanya yang digunakan untuk berbuka puasa oleh para pedagang muslim dari Arab dan India itu di masjid ini adalah bubur biasa. Kemudian para pedagang yang berasal dari India berinisiatif menggantinya dengan bubur India yang lebih kaya rasa. Ternyata banyak yang menyukainya sehingga tradisi ini masih dilakukan hingga saat ini, termasuk adanya pemberian bahan untuk membuat bubur secara patungan. 

Proses pembuatan bubur India (dok. jatengprov.go.id)

Cara Pembuatan Bubur India

Bubur ini berbeda dengan bubur yang dikenal di Jawa pada umumnya, yaitu banyak menggunakan rempah-rempah sehingga menimbulkan rasa yang nikmat di lidah. Lima jenis rempah yang biasa digunakan pada masakan India adalah ketumbar, jintan, kapulaga, kayu manis, dan cengkih, bawang merah dan bawang putih. Selain itu juga ada aneka sayuran untuk campuran bubur seperti wortel, kol dan daun bawang. 

Semua bahan yang digunakan untuk memasak bubur India itu berasal dari infaq masyarakat muslim baik yang berasal dari Kampung Pekojan maupun berasal dari tempat lain yang sudah mengetahui tradisi yang dilakukan di masjid ini. Kebiasaan lama menyumbang bahan untuk memasak bubur India itu berlangsung hingga sekarang, biasanya yang menyumbang adalah para pedagang keturunan Arab, Koja, dan India Muslim (Gujarat) yang menikah dengan warga lokal. Mereka adalah para pedagang sarung, kacamata, peci, dan jam di Pekojan. 

Tradisi pembuatan bubur India setiap bulan Ramadhan tidak dapat dilepaskan dari sejarah kedatangan para pedagang muslim dari Gujarat di Semarang. Pada pedagang muslim dari Gujarat itu kemudian hidup dan menetap di Kampung Pekojan, serta menyebarkan agama Islam. Salah satu cara untuk menyebarkan agama Islam adalah dengan membangun sarana untuk beribadah, yaitu mushalla. Karena penduduk muslim Pekojan semakin lama semakin banyak, maka kemudian dilakukan renovasi pada tahun 1892 M, yang bangunannya masih dapat dilihat sampai sekarang. Selain membangun masjid, para pedagang yang tinggal di Pekojan itu juga sejak dahulu saling patungan untuk membuat bubur yang dibagikan kepada jamaah untuk berbuka puasa. 

Fenomena bubur India yang dibuat oleh Ta’mir Masjid Pekojan pada mulanya merupakan salah satu rekayasa budaya yang digunakan untuk merekatkan masyarakat muslim India yang tinggal di Kampung Pekojan. Meskipun demikian, fenomena bubur India di Masjid Jami’ Pekojan itu masih lestari hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan bubur India sudah ada di dalam kepercayaan masyarakat lokal Semarang. Kedatangan bulan Ramadhan menjadikan salah satu waktu yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Semarang karena adanya tradisi membuat menu berbuka puasa dengan bubur ini. 








Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top