Mochamad Nur Ramadhani, sosok dokter gigi inspiratif. Foto: LPDP.
EDUKASIA.ID - Meskipun Mochamad Nur Ramadhani memiliki keterbatasan fisik, hal tersebut sama sekali tidak menghentikannya dalam mengejar impian untuk mengejar pendidikan tinggi dan menjadi seorang dokter gigi.
Dhani, panggilan akrabnya, adalah seseorang yang mengalami disabilitas fisik. Dilansir dari laman LPDP, dokter penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ini sehari-harinya ini berjalan dengan bantuan satu kaki palsu atau prostesis.
Kehilangan kaki kanannya saat masih remaja adalah sebuah pukulan yang tak terduga dalam hidup Dhani. Dia seharusnya bisa menikmati banyak aktivitas yang biasa dilakukan oleh remaja pada umumnya.
Namun, Dhani tidak memilih untuk menyerah, dan dia membuktikan bahwa dia bisa terus melanjutkan hidup dan mencapai kesuksesan dalam karirnya.
Dhani adalah lulusan S1 Fakultas Kedokteran Gigi dan mendapatkan gelar master dari Humboldt Universitaet Zu Berlin.
Dhani adalah lulusan S1 Fakultas Kedokteran Gigi dan mendapatkan gelar master dari Humboldt Universitaet Zu Berlin.
Kanker tulang hingga diamputasi
Kanker tulang dan amputasi kaki menjadi titik balik dalam hidup Dhani. Ia didiagnosis menderita kanker tulang setelah tinggal di Indonesia selama setahun. Kanker tersebut muncul di atas lutut kanannya dan menyebar dengan cepat ke bagian kakinya yang lain.
Dhani sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan kankernya, tetapi ia menduga bahwa aktivitas fisik yang tinggi, perubahan iklim, atau mutasi gen mungkin menjadi faktor penyebabnya. Satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran kanker adalah dengan amputasi kaki. Keputusan ini tidak mudah, tetapi itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawanya.
Akhirnya, pada tahun 2008, Dhani harus melepaskan kaki kanannya. Ia harus mengorbankan bagian atas paha hingga ujung kakinya untuk menghentikan penyebaran kanker. Setelah amputasi, Dhani menjalani kemoterapi untuk memastikan bahwa sel kanker benar-benar hilang dari tubuhnya.
Setelah mengalami amputasi, kondisi fisik Dhani masih sangat lemah akibat efek kanker yang parah. Ia harus menggunakan kursi roda untuk bergerak dan bahkan berdiri saja menjadi hal yang sulit.
Dhani sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan kankernya, tetapi ia menduga bahwa aktivitas fisik yang tinggi, perubahan iklim, atau mutasi gen mungkin menjadi faktor penyebabnya. Satu-satunya cara untuk menghentikan penyebaran kanker adalah dengan amputasi kaki. Keputusan ini tidak mudah, tetapi itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawanya.
Akhirnya, pada tahun 2008, Dhani harus melepaskan kaki kanannya. Ia harus mengorbankan bagian atas paha hingga ujung kakinya untuk menghentikan penyebaran kanker. Setelah amputasi, Dhani menjalani kemoterapi untuk memastikan bahwa sel kanker benar-benar hilang dari tubuhnya.
Setelah mengalami amputasi, kondisi fisik Dhani masih sangat lemah akibat efek kanker yang parah. Ia harus menggunakan kursi roda untuk bergerak dan bahkan berdiri saja menjadi hal yang sulit.
Dukungan orangtua kunci kesuksesan
Orang tuanya selalu mendukungnya dalam masa-masa sulit ini. Ketika kondisinya mulai membaik, Dhani mulai belajar berjalan dengan menggunakan tongkat kaki. Adaptasi kehidupan barunya sebagai seseorang dengan disabilitas adalah ujian yang berat, baik secara fisik maupun psikologis.
Dhani menghadapi banyak tantangan, termasuk melewatkan ujian nasional saat proses amputasi. Ia memutuskan untuk mengulang kelas 9 SMP untuk mempersiapkan diri dan berhasil meraih prestasi akademik yang baik.
Dhani menghadapi banyak tantangan, termasuk melewatkan ujian nasional saat proses amputasi. Ia memutuskan untuk mengulang kelas 9 SMP untuk mempersiapkan diri dan berhasil meraih prestasi akademik yang baik.
Meskipun ada beberapa hambatan dalam mengakses pendidikan kedokteran, Dhani akhirnya menemukan Universitas Padjajaran yang menerima mahasiswa dengan disabilitas.
Dhani berhasil menyelesaikan studi kedokteran gigi dan bekerja di berbagai fasilitas kesehatan di Gorontalo, Sulawesi Utara. Pada tahap ini, ia juga mulai menggunakan prostesis untuk membantunya dalam aktivitas sehari-hari.
Dhani berhasil menyelesaikan studi kedokteran gigi dan bekerja di berbagai fasilitas kesehatan di Gorontalo, Sulawesi Utara. Pada tahap ini, ia juga mulai menggunakan prostesis untuk membantunya dalam aktivitas sehari-hari.
Studi ke Jerman dibiayai LPDP
Setelah menyelesaikan studinya, Dhani kembali ke Indonesia dan bekerja di Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kisah perjuangan Dhani adalah inspirasi bagi banyak orang, terutama mereka yang mengalami disabilitas. Ia membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk mencapai impian dan masa depan yang lebih baik.
Kisah perjuangan Dhani adalah inspirasi bagi banyak orang, terutama mereka yang mengalami disabilitas. Ia membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak menghalangi seseorang untuk mencapai impian dan masa depan yang lebih baik.
Pesannya untuk penyandang disabilitas adalah bahwa masih ada banyak peluang untuk mencapai prestasi dan mewujudkan impian, dan semangat seperti Dhani dapat membuka pintu harapan bagi semua orang yang mungkin merasa terbatas oleh berbagai kendala.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.