Muchlis Fuadi AH, guru tahfidz di Pondok Pesantren Tahfidz Yanbu'ul Qur'an Remaja (PTYQR) Bejen Kudus lulus singkat S2 IAIN Kudus IPK 3.91. Foto ist.
Kudus. EDUKASIA.ID - “Menjadi guru, adalah cita-cita saya sejak kecil,” itulah kalimat yang terlontar Muchlis Fuadi AH, salah satu ustadz (guru) tahfidz di Pondok Pesantren Tahfidz Yanbu'ul Qur'an Remaja (PTYQR) Bejen Kudus yang berhasil menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, kepada EDUKASIA.ID sesaat setelah ia diwisuda.
Muchlish, sapaan akrab lelaki kelahiran Blitar ini, dapat disebut sebagai figur pendidik yang menginspirasi, disela-sela aktivitas mengajar para santri penghafal Qur’an di pondok pesantren masyhur tersebut, masih menyempatkan diri untuk belajar menunjang hasrat akademiknya bahkan hingga jenjang lanjut.
Pria ramah itu memiliki latar belakang pendidikan yang menarik, ia menapaki perjalanannya menuju dunia pendidikan Islam sejak usia muda. Dirinya mulai nyantri pada Program Pesantren Salaf Kitab Kuning di Pondok APIS Sanan Gondang Blitar, yang dimulai sejak tahun 2008 hingga 2018.
Pengalaman di pondok pesantren salaf itu ia sebut menjadi landasan kuat dalam pembentukan karakternya.
Selama berada di Pondok APIS, Muchlis juga menunjukkan ketertarikannya pada ilmu pengetahuan formal, ia menyelesaikan Program Sarjana S1 di STIT Al Muslihuun Blitar. Pada jenjang pendidikan ini dirinya berhasil menyelesaikan program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam waktu empat tahun.
Mulai Mondok di Pondok Pesantren Yanbuul Qur'an Kudus
Pada tahun 2018, pintu berikutnya terbuka bagi Muchlis ketika diterima di Pondok Yanbuul Quran Pusat, Kudus.
Di pondok pesantren rintasan KH. Arwani Amin tersebut, Muchlis menunjukkan kecintaannya terhadap Al-Qur'an dengan menyelesaikan Khatam Musyafahah KH. Ulil Albab Arwani dalam waktu yang relatif singkat, yaitu pada tahun ketiga keberadaannya di pondok tersebut.
Muchlis selanjutnya menjalani masa pengabdian di Pondok Pesantren Tahfidz Yanbu'ul Qur'an Remaja (PTYQR) Bejen Kudus (mashur dengan sebutan Yanbu' Bejen) sebagai seorang guru khidmah.
Peran Muchlis sebagai seorang pendidik terus berkembang, dimana pimpinan pondok, KH Saeun Adzim AH saat itu memberikan restu dan dukungan agar ia melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Izin dan motivasi pengasuh jadi kunci sukses
Izin dan motivasi dari pengasuh pondok pesantren tempat ia mengabdi tersebut mengantarkannya untuk mengikuti program pascasarjana di IAIN Kudus. Muchlis menghargai kemudahan dalam proses pembelajaran dan berkomitmen untuk terus berkembang.
Motivasi utama Muchlis dalam mengejar program pascasarjana adalah rasa syukur atas nikmat akal yang diberikan kepadanya. “Motivasi mengikuti program pasca, mensyukuri nikmat akal, alhamdulillah diberikan kemudahan dalam belajar,” ujarnya.
Walhasil, berkat semangat dan keuletannya, guru tahfiz itu mampu menyelesaikan pendidikan S2 di perguruan tinggi keagamaan negeri tersebut hanya dalam kurun waktu sangat singkat yaitu empat semester (dua tahun) saja, dan mendapat capaian IPK cumlaude 3.91.
Capain ini menjadi bukti nyata bahwa tekad dan usaha keras dapat mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Semangatnya dalam memadukan nilai-nilai pendidikan pesantren dengan ilmu pengetahuan formal adalah sumber inspirasi bagi banyak generasi yang akan datang.
Melalui perjalanan pendidikannya, Muchlis Fuadi menjadi contoh nyata bahwa kecintaan pada ilmu, disiplin, dan semangat dalam berkontribusi pada masyarakat adalah pondasi bagi kesuksesan dalam dunia pendidikan.
----
EDUKASIA.ID mengundang anda untuk memberikan tulisan inspiratif terkait pendidikan, kirim sekarang juga melalui Whatsapp: 085640418181 atau redaksi@edukasia.id.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.