Menantikan Kembali Peran Santri Menjadi Lokomotif Kepemimpinan Nasional

0

Penulis: Ahmad Baedowi, Mahasiswa S3 Studi Islam UIN Walisongo Semarang, pernah nyantri kalong di Pesantren Buntet Cirebon.

EDUKASIA. ID - Peran santri dalam pembangunan Negara ini sudah tidak diragukan. Kiprah dan kontribusinya sejak Negara ini belum lahir sudah nyata. Dari mulai perjuangan melawan, merebut sampai hari ini mengisi kemerdekaan. Namun kiprah yang sudah berjalan ini secara formal struktural santri belum terlalu terlihat. Tercatat baru beberapa sosok yang memang lahir dari Rahim pesantren menduduki posisi puncak kepemimpinan nasional bangsa ini yakni KH. Abdurrahman Wahid atau yang biasa dikenal Gus Dur sebagai Presiden Ke Empat Republik Indonesia dan KH. Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden hasil pemilihan umum 2019. Tentu capaian tersebut harus disyukuri. Namun, jika melihat perjuangan dan kontribusi santri bagi negeri ini rasanya capaian tersebut rasanya hanya seujung kuku saja.

Kiprah dan santri sebagai entitas dan owner bangsa ini harus lebih diperluas lagi. Tidak hanya cukup dalam bidang sosial, kemasyarakatan dan keagamaan saja, tetapi harus lebih diperluas diseluruh bidang dan aspek kehidupan. Termasuk dalam kepemimpinan nasional. Karena peran santri sebagai salah satu pemilik bangsa ini sudah dinantikan ditengah problematika dan krisis kepemimpinan nasional. Santri dipandang sebagai sosok yang paling tepat untuk menjadi lokomotif kepemimpinan nasional.

Dalam sejarahnya dari kalangan pesantren mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang berintegritas dan mumpuni yang kemudian dijadikan simpul-simpul penting untuk menjadi rahim-rahim subur yang menelorkan jiwa kepemimpinan yang luhur. Dari rahim pesantren ini lahir pemimpin yang ketokohannya sama sekali tidak diragukan. Ada KH M. Hasyim Asyari, KH Bisri Syamsuri, KH A Wahab Chasbullah, KH A Wahid Hasyim, KH Bisri Mustofa, KH Sahal Mahfudz, KH Ali Yafi, Gus Dur, Gus Mus, KH Idham Chalid, Cak Nur, dan masih banyak lainnya. Mereka adalah pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpinan organik, merakyat, dan memiliki sikap kenegarawanan yang tidak perlu diperdebatkan lagi.

Pesantren yang kemudian melahirkan para santri ini memiliki modal sosial yang membumi dan mengakar kuat pada masa lalu yang kemudian terus berestafet dan berproses melahirkan para tokoh dengan kepemimpinan yang memiliki kepiawain dalam memimpin dan dipimpin. Nilai-nilai tawakkal, kesabaran, keikhlasan, kesederhanaan, kerendah-hatian, kemandirian, dan sejenisnya merupakan ajaran dari para kyai yang kemudian berkembang sebagai nilai-nilai pesantren. Nilai-nilai ini diperkuat dengan khazanah intelektualitas Islam sepanjang sejarah dilaluinya yang dibingkai dengan paradigma fikih-sufistik. Keilmuan pesantren ini sangat mengedepankan praksis yang berkeadaban. Nilai dan keilmuan yang dianut pesantren lalu berkembang sebagai tradisi dan budaya pesantren. Budaya pesantren ini menjadi dasar kokoh bagi setiap pandangan, sikap dan perilaku para santri dimanapun dan kapanpun.

Budaya dan nilai-nilai yang telah diajarkan dari para Kiai kepada para santri itu yang kemudian membentuk karakter santri menjadi pribadi yang sangat mengedepankan kerja konkret dan keluhuran budi nyaris dalam berbagai aspeknya. Melalui budaya dan tradisi ini, para kyai, santri, dan alumni pada umumnya berkembang menjadi pribadi-pribadi dengan pandangan, sikap dan perilaku yang sangat mengedepankan kepentingan negara, bangsa dan masyarakat.

Ada beberapa alasan kenapa santri patut dan tepat menjadi lokomotif kepemimpinan nasional yaitu Pertama, dari sisi pendidikan, Santri memiliki penguasaan dalam pendidikan agama, Santri mendapatkan pendidikan agama yang kuat di pesantren, yang meliputi pemahaman tentang ajaran Islam, moralitas, etika, dan kepemimpinan yang baik. Ini dapat membantu mereka menjadi pemimpin yang berintegritas dan beretika tinggi.

Kedua, di dalam pesantren selain pengetahuan ilmu pengetahuan agama, santri juga dibekali dengan pembentukan karakter yang matang, selain itu juga membantu dalam pembentukan karakter individu. Santri diajarkan nilai-nilai seperti kerendahan hati, kedisiplinan, ketabahan, dan rasa tanggung jawab. Karakter yang kuat adalah salah satu ciri penting seorang pemimpin.

Ketiga, Santri juga dididik dengan tradisi kepemimpinan yang kuat, banyak tokoh-tokoh besar di Indonesia yang berlatar belakang santri telah memegang peranan penting dalam kepemimpinan nasional. Para tokoh tersebut mampu membuktikan bahwa santri memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang berpengaruh.

Keempat, Santri dibekali juga dengan keluasan dan keluwesan dalam hal keberagaman, Pesantren sering kali menjadi tempat di mana berbagai latar belakang budaya dan sosial dapat bersatu. Ini memungkinkan santri untuk memahami dan menghargai keberagaman, yang merupakan kualitas penting dalam kepemimpinan nasional yang inklusif.

Kelima, selain mengajarkan tentang agama dan keagamaan, Santri di pesantren juga diajarkan Pendidikan non-agama, Pesantren juga memberikan pendidikan umum, termasuk mata pelajaran yang diajarkan di sekolah umum seperti bahasa, matematika, dan ilmu pengetahuan sosial. Hal ini membantu santri untuk memiliki pemahaman yang lebih luas dan mempersiapkan mereka untuk berperan dalam berbagai bidang.

Namun, untuk mewujudkan santri sebagai penggerak dan atau nahkoda kepemimpinan nasional, diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Bagian pemerintah adalah memastikan tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai di pesantren, serta mendukung program-program yang mempromosikan kepemimpinan santri. Masyarakat juga dapat memberikan pengakuan dan dukungan kepada santri yang berperan dalam kepemimpinan nasional. Selain itu, pesantren juga harus terus mengembangkan kurikulum yang relevan dengan tuntutan zaman.

Ketika peran santri sebagai lokomotif kepemimpinan nasional diperkuat, hal ini dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi bangsa dan negara khususnya dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan pemimpin yang berkualitas di Indonesia di tengah ketiadaan arah dan krisis kepemimpinan nasional.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top