Ilustrasi: Foto pixabay
EDUKASIA.ID - Dipendem. Diinjak-injak. Disiram. Dibiarkan kena kotoran (dipupuk).
Agar bisa merekahkan tanah keterbatasan. Agar bisa merunduk kala berilmu dan beramal. Atau tetap tegak tinggi menjulang walau diterpa angin kencang cobaan. Itu adalah proses tumbuh kembang santri di dunia pesantren.
Ketika mondok, mungkin ada yang pernah dapat komentar miring begini: "Mas, mondok tuh dapat gaji berapa..atau nanti bisa kerja jadi apa..pasti dikasih doa cepat kaya ya.."
Saat mondok, hanya santri yang pandai bergaul dan bermental baja yang akan bertahan lama karena tiap santri akan dicecar dengan berbagai pendidikan, aturan, larangan, dan segala hal yang penuh ketidaknyamanan.
Santri yang selama mondok mengaku selalu enak dan nyaman, perlu ditanyakan kesantriannya.. Usai mondok, pendidikan berkarakter baik yang ditempa bertahun-tahun, akan sangat membekas, terutama sebagai bekal terjun dalam masyarakat plural.
Terbiasa dengan ketawadhuan dan ketegaran serta kemandirian, seorang santri mestinya bisa menjadi top leader hebat di manapun berada.
Betapapun banyak yang terlihat sukses meniti karir dan "terlihat" perannya di mata masyarakat dalam membangun bangsa, lebih banyak tentunya yang gagal.
Entah itu dalam masa proses penggemblengan kesantriannya maupun pasca mondoknya. Sementara sebagian yang lain hanya mau "terlihat" sukses di mata Allah dan nampak "gak karuan" dipandang warga tetangganya.
Kita perlu waktu optimal dan intensif dalam memusatkan perhatian untuk belajar. Sebelum kelak menjadi pemimpin yang hanya bisa menyesal karena tidak pernah sempat untuk belajar.
Ta'allamuu qabla an tusawwaduu..
**** * ****
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.