100 Remah Hikmah (8): Presiden selalu benar

0

Ilustrasi: Foto iStock

Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID - Apa yang menjadikan kita selalu gemas dengan tindakan presiden yang kadangkala terlalu "dingin" terhadap suasana yang panas? 

Karena kita sering membayangkan bahwa presiden selalu di atas kita, dalam segala hal. Dia toh punya segala. 

Terutama yang tidak dimiliki orang terkaya di negeri ini: kuasa di atas kuasa. Sesekali atau bahkan setiap waktu kita perlu melihat bahwa presiden adalah manusia biasa yang memang sudah dijatah oleh Tuhan dalam catatan takdir dan tersimpan dalam harddisk super besar milik-Nya sejak dulu kala, bahwa pada saat yang tepat akan menjadikan presiden. 

Dengan begitu, kita pasti maklum kalau presiden bisa jatuh sakit, jatuh bangun, dan juga jatuh cinta.. Di samping tentunya: jatuh dan tertimpa tangga pula.. 

Pikiran nyeleneh ini kadang pula yang tak bisa saya hilangkan sampai saat ini: Bung Karno tahu bahwa kelak ada orang yang akan menggulingkannya dari status "presiden seumur hidup" dan salah satu cara yang bisa membantu meluruskan sejarah sepeninggalnya adalah dengan berpoligami dengan gadis jepang. 

Pak Harto bukannya tak bosan 32 tahun bertahta dengan legitimasi ABRI dan Golkarnya. 

Dia ingin menunjukkan kepada dunia hasil dari perkembangan SDM bangsa, bahwa kursi presiden Indonesia porak-poranda bukan karena kudeta militer, tapi karena kudeta mahasiswa. 

Dia sudah tahu & menunggu kesiapan presiden pengganti yang berani & bisa melakukan hal yang tak akan dilakukan Pak Harto selama masih berkuasa: memerdekakan timor timur. 

Memutihkannya dari peta Indonesia. Ya, hanya presiden dengan modal akademik tinggi & pengalaman internasional yang bisa mengambil jalan referendum. Dialah BJ. Habibie.

Habibie pun seolah mafhum, bahwa keberadaannya hanya selaku pengantar terpilihnya pengganti yang lebih berani tapi diridloi reformasi: Gus Dur. 

Gaya dawuh Gus Dur yang multitafsir, tak kaku dan terkadang humoris tapi diimbangi dengan ketegasan pada birokrasi serta background nya yang dari pesantren rupanya cocok bagi rakyat yang biasa terbelenggu pemikirannya, agar terbiasa mikir disamping zikir. 

Versinya keturunan tionghoa, Gus Dur didatangkan dewa pada saat yang tepat untuk menolong agama mereka dan membuka gerbang wacana pluralisme. 

Gus dur, seperti yang kerap "diisukan" kewaliannya merasa sudah harus berterima kasih atas perjuangan Bung karno dalam menyelamatkan muka bangsa Indonesia, rela digantikan presiden perempuan beraliran marhaen: 

Megawati. Terlepas dari kontroversi rekan ulama karena merasa "diimami" perempuan dan kompetensi Bu Mega yang kurang matang, Gus Dur tahu bahwa yang bisa meloloskan aturan pemilu & pilkada langsung hanya presiden yang lahir & dibesarkan di ranah politik.

Bukan presiden santri. Dan sudah pasti mega tak akan memenangi pemilu langsung pertama yang digagas olehnya, mungkin juga berkat doa para kiai yang konservatif tadi. 

Rakyat rindu pemimpin dari rahim militer tapi lemah lembut. SBY mestinya bukan tipe politikus yang rakus kursi ataupun dinasti. 

Dia tahu bangsa ini butuh ketenangan lebih lama (2 periode) tanpa banyak berita negatif di media. 

Lima tahun keduahanya untuk menunggu kesiapan calon penggantinya yang tengah asyik membenahi Solo & lalu DKI Jakarta. 

Kepresidenan Jokowi memang hanya akan indah saat rakyat butuh gaya baru. Ya, butuh pemimpin jawa yang njawani dengan pepatah jawa: becik kethitik ala ketara..dengan harapan: Yang benar pasti akan tenar. 

Yang buruk pasti akan terpuruk. Semoga.. Presiden, betapa parah pun keputusan yang diambil, Tuhan pasti akan memberinya nilai lebih. 

Dan seperti yang saya pikirkan tadi: Sebenarnya Jokowi sudah menyiapkan tongkat estafet. 

Kelak akan ada presiden yang "lebih manusia" darinya. 


Wallahu a'lam.



**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top