Opini oleh: Ahmad Baedowi, M.Si, Dosen Agama Islam Universitas Indonesia/ Mahasiswa Doktoral Studi Islam UIN Walisongo.
EDUKASIA.ID - Sebagai seorang muslim, agama memerintahkan kepada kita untuk belajar dan belajar. Seperti yang diwahyukan dalam firman pertama Iqra’ yang bisa dimaknai belajar atau terus menjadi pembelajar.
Perintah belajar lainnya sebagaimana yang sudah disabdakan Rasulullah Muhammad SAW juga bahwa “Menuntut Ilmu Itu diwajibkan atas muslim dan muslimah” (Hr. Ibnu Majjah).
Ciri-cirinya: Meyakini Allâh berbeda dengan makhluk, Allâh tidak dapat dibayangkan, tidak menempati tempat dan arah, Maha suci dari ukuran dan bentuk; meyakini Allâh Pencipta segala sesuatu; meyakini Muhammad bin Abdillâh adalah Nabi dan Rasul yang terakhir; tidak mengkafirkan pelaku dosa besar, selama ia tidak meyakini kehalalannya; tidak membid'ah dhalalahkan perayaan maulid nabi; membolehkan ziarah ke makam para wali; membolehkan tabarruk dan tawassul; meyakini kekekalan surga dan neraka; dan lain sebagainya.
Ciri-cirinya: Ia memiliki guru, gurunya punya guru, dan begitu seterusnya; ia tidak belajar kepada google, internet dan medsos; ia tidak belajar ilmu agama secara otodidak tanpa bimbingan seorang guru.
Ciri-cirinya: Mengajarkan ilmu agama yang ringkas sebelum yang luas; mengajarkan kitab-kitab yang ringkas terlebih dahulu lalu menengah kemudian disusul setelahnya tingkat lanjut; mengajarkan ilmu agama setahap demi setahap.
Ciri-cirinya: Tidak gengsi mengatakan "saya tidak tahu; LAA ADRII" ketika ditanya mengenai ilmu agama yang tidak ia ketahui.
Ciri-cirinya: Tidak meminta-minta imbalan ketika mengajar untuk kepentingan pribadinya; tidak mematok tarif ketika berceramah, atau semacamnya.
Ciri-cirinya: Bersikap tegas dalam masalah prinsip-prinsip aqidah atau hukum yang telah disepakati para ulama, jika ada orang yang menyalahinya. bersikap lunak, lembut dan toleran terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dengannya dalam masalah-masalah yang diperselisihkan di kalangan para ulama.
Ciri-cirinya: Mau menerima kebenaran, meskipun disampaikan oleh orang yang lebih muda usianya, atau lebih sedikit ilmunya; tidak menganggap dirinya sebagai orang yang paling banyak ilmunya, menganggap paling 'alim di antara yang lain ; mau mendengarkan masukan, kritikan dan menerima dengan lapang dada, mau dikoreksi kesalahannya, walaupun di hadapan publik; bersedia untuk bekerja sama dengan siapapun atau diperintah oleh siapapun, untuk kemaslahatan dakwah dan agama (memiliki sikap hati).
Pada saat mencari ilmu, terlebih ilmu agama kita dianjurkan untuk mencari guru yang ideal. Oleh sebab itu perlu serta penting memilih guru yang benar terlebih ideal sesuai dengan tuntunan Al-Qur‟an serta hadis, yang dapat menjadi teladan bagi murid-muridnya.
Karena seorang guru harus benar-benar mempunyai sikap serta kepribadian yang utuh yang dapat menjadi idola serta panutan dalam segala aspek kehidupannya bagi murid-muridnya.
Di era yang serba digital, ilmu begitu mudah didapatkan. Fenomena mengaji daring lewat berbagai media sosial telah menjadi tren di kalangan milenial.
Di era yang serba digital, ilmu begitu mudah didapatkan. Fenomena mengaji daring lewat berbagai media sosial telah menjadi tren di kalangan milenial.
Meskipun, sebagian dari kita mungkin prihatin karena tidak semua ustadz yang tampil masih belum cakap dalam bidang ilmu agama. Beberapa dari mereka sempat membuat polemik karena menyampaikan ajaran yang tidak tepat.
Bukan hanya itu mereka juga tidak jelas asal keilmuannya tetapi begitu banyak digemari oleh kaum awam.
Para Ulama salaf dalam hal ini Abdullah bin Mubarak mengatakan “Sanad adalah bagian dari agama. Seandainya tidak ada kewajiban mengambil sanad, niscaya siapa pun akan mengucapkan apa pun yang ia inginkan (mengenai agama)” (Lihat: Muqaddimah Shahih Muslim, hal. 9).
Sanad keilmuan adalah nilai penting dalam mencari ilmu agama. Oleh karena itu, agama memerintahkan kita untuk lebih selektif dalam memilih seorang guru.
Berikut ini adalah sebagian tips singkat bagaimana memilih seorang guru/murabbi/kiai/ustadz-ustadzah yang benar; lurus aqidah dan ajarannya yang layak kita timba & diaambil pokok-pokok ilmu agama darinya. Di antara kriteria tersebut adalah:
1. Beraqidah Ahlussunnah wal Jama'ah.
Ciri-cirinya: Meyakini Allâh berbeda dengan makhluk, Allâh tidak dapat dibayangkan, tidak menempati tempat dan arah, Maha suci dari ukuran dan bentuk; meyakini Allâh Pencipta segala sesuatu; meyakini Muhammad bin Abdillâh adalah Nabi dan Rasul yang terakhir; tidak mengkafirkan pelaku dosa besar, selama ia tidak meyakini kehalalannya; tidak membid'ah dhalalahkan perayaan maulid nabi; membolehkan ziarah ke makam para wali; membolehkan tabarruk dan tawassul; meyakini kekekalan surga dan neraka; dan lain sebagainya.
2. Memiliki sanad keilmuan yang bersambung sampai Rasulullâh.
Ciri-cirinya: Ia memiliki guru, gurunya punya guru, dan begitu seterusnya; ia tidak belajar kepada google, internet dan medsos; ia tidak belajar ilmu agama secara otodidak tanpa bimbingan seorang guru.
3. Rabbâni.
Ciri-cirinya: Mengajarkan ilmu agama yang ringkas sebelum yang luas; mengajarkan kitab-kitab yang ringkas terlebih dahulu lalu menengah kemudian disusul setelahnya tingkat lanjut; mengajarkan ilmu agama setahap demi setahap.
4. Tidak berfatwa tanpa ilmu.
Ciri-cirinya: Tidak gengsi mengatakan "saya tidak tahu; LAA ADRII" ketika ditanya mengenai ilmu agama yang tidak ia ketahui.
5. Mukhlish (mengajarkan ilmu agama semata-mata bertujuan mengharap ridha Allâh, bukan untuk kepentingan duniawi).
Ciri-cirinya: Tidak meminta-minta imbalan ketika mengajar untuk kepentingan pribadinya; tidak mematok tarif ketika berceramah, atau semacamnya.
6. Tegas pada tempatnya dan lembut pada tempatnya.
Ciri-cirinya: Bersikap tegas dalam masalah prinsip-prinsip aqidah atau hukum yang telah disepakati para ulama, jika ada orang yang menyalahinya. bersikap lunak, lembut dan toleran terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dengannya dalam masalah-masalah yang diperselisihkan di kalangan para ulama.
7. Rendah hati dan tidak sombong.
Ciri-cirinya: Mau menerima kebenaran, meskipun disampaikan oleh orang yang lebih muda usianya, atau lebih sedikit ilmunya; tidak menganggap dirinya sebagai orang yang paling banyak ilmunya, menganggap paling 'alim di antara yang lain ; mau mendengarkan masukan, kritikan dan menerima dengan lapang dada, mau dikoreksi kesalahannya, walaupun di hadapan publik; bersedia untuk bekerja sama dengan siapapun atau diperintah oleh siapapun, untuk kemaslahatan dakwah dan agama (memiliki sikap hati).
Karena ilmu agama adalah hidupnya Islam ( علم الدين هو Øياة الإسلام ) , maka dalam memilih guru hendaknya kita harus mengetahui latar belakang pendidikannya serta jelasnya sanad keilmuan yang dimilikinya.
Serta senantiasa juga melihat kepribadian dan sosialnya dalam masyarakat. Hal tersebut sangat penting, sebab guru sejatinya adalah orang yang akan diikuti oleh murid-muridnya.
Semoga Tips Ini Bermanfaat.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.