Mengenal Mitomania, Penyakit Bohong yang jadi Habit

0
Ilustrasi foto pixabay

Penulis: Ari Irfan Fahruddin, Alumni Prodi S2 Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang

EDUKASIA.ID
- Perilaku berbohong kerap menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku berbohong seringkali digunakan sebagai alat untuk menutupi ketidakpastian atau menghindari konflik.

Bentuk kebohongan tersebut pun beragam. Era digital seperti saat ini, kebohongan dikenal dengan istilah hoax. Yang dapat ditemui dalam berbagai platform, seperti berita hoax, video hoax dan masih banyak lagi yang lainnya.

Namun, ada kondisi ketika seseorang terbiasa berbohong tanpa tujuan secara terus-menerus disebut dengan mitomania,

Mitomania merupakan suatu kondisi psikologis yang sudah menjadi fenomena perilaku dimana manusia secara konsisten dalam perilaku berbohong atau menciptakan cerita fiktif tanpa dasar fakta

Manurut ranah ilmu psikologi, mitomania merujuk pada individu yang secara rutin melakukan kebohongan dan meyakini bahwa cerita-cerita yang mereka sampaikan adalah kenyataan.

Dalam konteks ini, perbedaannya dengan kebohongan umum terletak pada ketidaksadaran penderita, di mana mereka tidak menyadari bahwa mereka tengah berbohong karena menceritakan khayalan yang ada di dalam pikirannya.

Perilaku tersebut dilakukan oleh seseorang yang tidak merasa seperti berbohong. Bagi mereka, yang menjadi poin penting adalah keberadaan seseorang untuk mendengarkan dan mengakui cerita yang dibuat-buat olehnya

Terkadang disebut sebagai pembohong patologis, individu dengan mitomania cenderung terdorong dan terbiasa untuk terlibat dalam perilaku berbohong.

Bahkan, dalam proses tersebut ia tidak akan merasa bersalah karena perilakunya. Bisa dikatakan dengan begitu, ia dapat lari dari kenyataan yang ditolaknya.

Sayangnya, dampak buruk dari kebohongannya tersebut merugikan bagi orang yang menjadi korbannya.

Kebohongan-kebohongan tersebut dapat mengganggu kepercayaan dan keyakinan pribadi seseorang, bahkan menggoyahkan keteguhan seseorang sehingga bisa terbujuk mempercayai cerita-cerita baru yang diputarbalikkan olehnya.

Saat disadari bahwa seseorang tersebut telah diperdaya dan mencoba mengkonfrontasikan, dia cenderung menghindar dengan reaksi marah.

Selanjutnya, dia akan kembali berbohong dan memanipulasi kisah-kisahnya. Ketika terpojok, dia akan melibatkan diri dalam jalinan cerita yang semakin rumit, menciptakan alur naratif baru untuk mengelak dari kebohongan sebelumnya.

Mitomania, pada dasarnya, adalah seorang korban. Mereka menjadi korban dari realitas hidup dan penderitaan yang sulit mereka terima.

Kesadaran bahwa mereka terus berbohong semakin membuat mereka terjerumus dalam perilaku tersebut, membentuk pribadi yang semakin kompleks.

Jadi, dapat dikatakan mitomania merupakan suatu mekanisme pelarian dari realitas yang sebenarnya.

Menurut artikel yang dilansir, penyebab mitomania juga belum dapat dipastikan dengan pasti. Namun, mitomania disebabkan oleh beberapa faktor.

Antaranya adalah kebiasaan untuk cenderung berbohong, faktor lingkungan dan faktor psikologis.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top