Ilustrasi: Foto pixabay
Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Saya mestinya sudah lupa dengan suatu kaidah yang membuat saya selalu merasa ngeri, jika saja pak kiai Said Aqil Siradj (ketua tanfidz PBNU) tidak menyertakannya dalam pidato pengukuhan beliau sebagai profesor ilmu tasawuf di UIN Sunan Ampel Surabaya baru-baru ini.
"Ada'ul amal li ajlinnas: Syirkun. Wa tarkuhu li ajlinnas: Riya'un." Ngeri karena saya langsung terpikir:
"Wah..kalau saya ya kena semua ini.. lha kapan amal-amal saya diterima Allah kalau begitu.."
Bayangkan saja! Mengerjakan amal atau pekerjaan karena ingin mencari "muka" manusia lain dianggap syirik. Menyekutukan Tuhan.
Contoh: Saya kuliah kalau ada dosen semangat. Kalau dosen lagi absen, presentasi yang saya sampaikan atau pertanyaan yang saya ajukan kadang awur-awuran.
Saya dulu kalau hari raya bertandang ke sanak kerabat berharap dapat salaman "plus" sehingga selalu nyaman dengan baju jahitan ibu yang banyak saku tersembunyinya.
Saya kalau kerja bakti pondok akan sangat malas kalau tidak ada pimpinan atau lurah pondok yang menemani. Itu semua syirik kan kalau dikaitkan dengan kaidah di atas.
Saya terindikasi tidak lillahi ta'ala. Kalau saya melakukan hal sebaliknya, meninggalkan amal karena khawatir komentar orang malah termasuk riya' alias pamer. Saya shalat sunnah bersembunyi biar tak diketahui orang.
Lha.. meninggalkan tempat yang ramai karena "takut orang" bukankah itu sudah termasuk riya'..
Tidak jadi puasa sunnah senin kamis misalkan, karena pasti dikomentari teman sepondok: "Sampean iku meh dadi wali ta piye tah kang..?"
Tidak jadi puasa sunnah senin kamis misalkan, karena pasti dikomentari teman sepondok: "Sampean iku meh dadi wali ta piye tah kang..?"
Nah.. tidak jadinya itu bukankah kita seakan lebih takut terhadap manusia daripada takut Allah..? Yastahfuuna minannaas..
Wa laa yastahfuuna minallah..
Ikhlas beribadah dan beramal itu, parameternya adalah kita akan tetap beribadah sesuai dengan niatan awal kita.
Tidak semakin rajin atau malas hanya karena komentar (pujian atau cacian) dari orang lain.
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.