Ilustrasi: Foto pixabay
EDUKASIA.ID - Saya sudah punya banyak kenalan servis sepeda. Banyaknya relasi yang se-profesi kadang membuat kita bingung menentukan mana yang akan kita beri tender pengerjaan suatu proyek atau membantu finishing akan ide dan rencana kita.
Kalau sudah begitu, saya akan memprioritaskan hal berikut:
- spesialisasi
- pelayanan
- kedekatan jarak tempuh
- ketepatan waktu
Saya akan dengan santainya menyerahkan urusanurusan sepele terkait perawatan sepeda kepada tetangga pondok yang jadi montir motor.
Tambal ban atau menyetel rem misalkan. Tapi tidak jika sepeda saya lagi emergency, Butuh operasi skala besar yang hanya akan bagus hasilnya jika dilakukan "dokter bedah" spesialis sepeda onthel.
Jangka panjangnya, saya tidak akan menyesal. Sama-sama senior dan spesialisnya sama, saya akan lebih cenderung memilih dokter atau dosen perempuan, karena punya kelebihan yang tidak dipunyai kaum adam: "care".
Semakin lama jam terbang praktek, dokter spesialis tak akan basa-basi main-main dengan stetoskop atau purapura bertanya panjang lebar seperti interview kerja, karena sekali lihat atau sentuh dia akan tahu hipotesa diagnosa sang pasien.
Sama-sama bisa buat banner, saya akan lebih memilih usaha printing dalam kota, walaupun yang luar kota lebih bagus atau murah. Itu akan impas dengan harga bensin pulang pergi ke tempat pencetakan banner yang lebih murah tadi.
Saya suka pakai jasa kantor pos ketimbang jasa ekspedisi atau logistik lain seperti TIKI, ESL dll. Jika barang paketan sedikit.
Waktu sampainya barang ke tujuan relatif lebih bisa dipastikan karena jaringan lebih merata. Alangkah makin langka ternyata ilmuwan spesialis di Indonesia.
Yang membludak malah mereka yang mengaku atau diakui sebagai ilmuwan akibat titel akademik yang berjejer, buku-buku modul atau diktat tebal yang banjir dengan bahasa-bahasa ilmiah, atau pembicara kondang berbayar mahal karena punya follower yang sampai jutaan.
Masya Allah! Orang-orang akan semakin merasa bangga kala bisa menguasai bermacam keilmuan (yang kadang kompetensinya mengambang) daripada menjadi ahli dalam satu bidang tapi bisa tanpa henti menebar kemanfaatan.
Allahummanfa'naa bimaa 'allamtanaa Wa 'allimnaa maa yanfa'unaa.. Wa zidnaa 'ilmaa..
Allahummanfa'naa bimaa 'allamtanaa Wa 'allimnaa maa yanfa'unaa.. Wa zidnaa 'ilmaa..
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.