Ilustrasi: Foto pixabay
EDUKASIA.ID - Dalam profil seorang kawan saya yang dimasukkan dalam bursa calon ketua pondok dan sedang dikampanyekan di majalah dinding tertera kata-kata yang mengusik batin:
"Kelebihan: banyak kekurangan. Kekurangan: tidak punya kelebihan.."
NB: di pondok kami, suasana jelang pemilu (pemilihan lurah) sama panasnya dengan pilpres atau pilkada langsung. Bedanya: para santri yang dicalonkan itu sama rebutan "emoh".
Calon yang ternyata menang, biasanya adalah santri yang taat, rajin, aktif dan "tampa apa anane" senajan "gak ono abane".
Calon yang kalah akan dengan senang hati mentraktir "tim sukses"nya yang telah aktif ngompor-ngompori dan memberi sugesti segenap santri untuk memilih rivalnya yang menang tadi.
Dia sendiri, kalau punya "dana kampanye" yang mencukupi (biasanya sisa kiriman dari ortu yang memang sengaja dikumpulkan demi memperjuangkan kekalahan diri sendiri dalam pemilu), kadang turun tangan bersama tim suksesnya yang gencar melakukan gerilya pada malam sebelum pemilihan.
Kalau perlu dengan nada santai tapi mengancam: "Awas ngko nek sampe milih aku.." Alih-alih bercita-cita jadi kiai yang punya banyak istri (eh..santri), saya malah kepincut untuk jadi sutradara sekaligus pemain film sekelas Dedi Mizwar yang telah sukses membuat saya tertawa sekaligus terenyuh lewat filmnya: Alangkah Lucunya Negeri Ini..
Saya ingin buat saingan film itu kelak, berdasar cerita para santri tadi, dengan judul yang mirip: Alangkah Lucunya Pondok Ini..
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.