Ilustrasi: Foto pixabay
EDUKASIA.ID - Banyak gadis muda zaman sekarang yang terlalu "percaya diri", dibandingkan "percaya Tuhan".
Sebagian dari mereka percaya bahwa kecantikan wajah dan kekencangan kulit akan bertahan lama (bahkan sampai tua) jika dirawat dengan "rajin".
Ambillah contoh: Artis senior Indonesia, Titiek Puspa yang sampai umur sekian masih merona auranya yang ayu.
Bisa dipastikan salon-salon kecantikan dan klinik-klinik berlabel "beauty & skin care" milik para dokter spesialis kulit & kelamin (KK) yang makin menjamur di tiap kota hampir selalu punya member terbanyak dari kalangan usia remaja s.d. kepala tiga yang ternyata bukan hanya cewek, tapi cowok juga.
Sayangnya memang, di negara kita belum booming "klinik kegantengan" sehingga banyak saya temui teman lelaki yang dengan malu-malu datang ke klinik kecantikan.
Khawatir ketahuan teman-teman se-geng atau sekelas, Dikiranya kecabe-cabean atau malah lebih parah: transgender. apalagi masih deg-degan jika sama petugas pendaftar ditanya begini: "Mau dipercantik kayak gimana mas wajahnya..?" Ckckck..
Kalau ada semacam "handsome & skin care" dengan tenaga staf dan dokter yang full pria kan kenyamanan dan "keamanan" lebih terjamin, khususnya jika yang datang bukan untuk perawatan, melainkan butuh periksa penyakit kulit atau kelaminnya.
Saya mestinya merasa sangat tidak dihargai ketika daerah pangkal paha "diteliti" oleh bu dokter yang bertitel Sp. KK bersama para co ass yang juga cewek & rata-rata berwajah oriental plus bermata sipit.
Iya, pernah kejadian itu. Sekali. Dan..Kapok. Bukan suatu kebetulan bilamana di negeri kita ini, kebanyakan dokter Sp. KK adalah perempuan, padahal yang banyak periksa untuk masalah kulit & kelamin adalah lakilaki.
Sebaliknya, kebanyakan dokter Sp. OG adalah pria, walaupun sudah pasti pasiennya yang datang karena masalah kandungan adalah ibu-ibu muda.
Berbeda dengan kaum muda yang lebih memperhatikan perawatan luar, orang semakin tua juga tetap ada kliniknya tapi dengan prioritas perawatan "dalam".
Tujuan utama: Menjaga vitalitas. Baik itu urusannya ke"jantan"an ataupun ke"betina"an. Praktis, bisa disimpulkan bahwa mulai dari kecil sampai dengan tua pun, kesehatan orang akan tetap dibisniskan.
Mungkin kita sudah parah salahnya karena beranggapan bahwa sesuatu yang murah pasti murahan. Allah selalu menggratiskan seluruh anugrahnya kepada makhlukNya.
Anugrah yang pastinya bukan murahan karena makhluk manapun sampai sekarang tak ada yang bisa menciptakan saingan ciptaan hidup sekecil lalat atau nyamuk. Apalagi yang lebih canggih dari keduanya.
Saya tidak sedang membandingkan harga tiket serta perbedaan level antara Air Asia dengan Garuda Indonesialho ya..
Karena saya tak tahu bedanya, sebab belum pernah naik pesawat. Kalau ingin saya mengulas dan membandingkan keduanya dengan detail, gampang.
Beri saya tiket pulang pergi dr kedua pesawat tadi. Penerbangan Surabaya-Jeddah. Pada bulan haji.. ehhmm..
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.