Ilustrasi: Foto pixabay
Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Cuma bercanda.
Orang kita belum seekstrim itu dalam memodifikasi busana kelengkapan ibadah, sehingga ada cewek muslimah yang nekat datang ke lapangan untuk salat ied dengan mengenakan mukena warna loreng macan atau zebra ditengah hiruk pikuk jamaah yang kompak dengan mukena putih.
Atau seorang gus muda tampil khutbah dan mengimami salat jumat dengan jubah dan serban batik ala pekalongan. Kelak mungkin iya.
Kita belum se "pede" kiai Nawawi Al-Bantani yang kadangkala memakai blangkon jawa saat salat berjamaah kala bermukim di tanah arab sehingga digojloki kawankawannya dengan sebutan kiai "jaamus", alias kebo.
Itu tadi sekilas perenungan saya akibat melirik seorang peziarah putri yang nekat shalat dhuhur di masjid menara walaupun jamaah laki-laki banyak yang belum pulang. Pakai rukuh warna hijau pupus segala.
Waktu saya kecil, yang saya tahu salatnya muslimah itu tidak sah kalau tidak pakai rukuh. Dan rukuhnya harus putih.
Ternyata pemikiran seperti itu karena saya terlalu asyik jadi anak "ndeso". Padahal banyak dari mereka yang salatnya tetap sah walau tanpa mukena dan tanpa ganti baju, terutama yang dalam pergaulannya biasa disapa "akhwat".
Anak-anak kecil sering mengolok-olok pakaian mereka yang seperti ninja..
Tak hanya itu, di pasaran pun sudah mulai bermunculan mukena berwarna-warni atau dengan hiasan bordir yang bermacam-macam. Aduh.. kasihan makmum di belakang yang gak konsen saking terpesonanya melihat mukena tadi.
Sama seperti saya yang terusik dengan gambar sajadah yang bervariasi atau kadangkala tergoda untuk membaca merek dan menilai jenis sarung yang dipakai makmum atau imam di depan saya.
Apalagi makin banyak sekarang jamaah jumat yang datang dengan pakaian terbaik versi masing-masing.
Penggemar klub sepakbola dengan bangga memakai jersey orisinil nan mahal yang baru dibelinya.
Pegawai kantoran atau karyawan akan tetap mengenakan seragam kebesarannya beserta ID Card yang sengaja diperlihatkan di luar saku.
Bapak-bapak muda atau eksekutif terlihat trendy dengan kemeja batik keluaran terbaru. Yang memakai baju warna putih atau hijau bisa dipastikan dari kalangan manula dan para santri atau "mantan" santri yang tahu dan masih mau mengamalkan hadis Nabi.
Kita sering lupa mengsinkronkan ibadah (khususnya salat) dengan adab tata krama yang telah ditentukan Allah lewat RasulNya.
Bukan etika versi kita sendiri. Bukan "indah" ala fashion modern. Bukankah salatnya seorang laki-laki yang hanya memakai celana 3/4 tanpa baju, peci atau sarung akan tetap sah, asalkan aurat pada area pusar sampai dengan lutut tetap tertutup..?
Dan saya kini tengah menanti adanya orang jualan kain kafan yang warna pelangi atau berhias renda-renda.
Lumayan bisa jadi surprise buat munkar & nakir nanti..
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.