Ilustrasi: Foto pixabay
Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Kalau ada alat penemuan terbaru abad ini yang paling saya inginkan cepat berada di pasaran adalah: setiameter.
Ya. Alat pengukur kesetiaan. what??!! Kok..kayak kurang kerjaan aja deh penemunya..
Sudah lama kita tahu berbagai penemuan penting yang benar-benar bisa mengubah jalannya dunia telah berkurang akhir-akhir ini, dibandingkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa-masa jadul abad 18-20 lalu.
Mungkin bisa saja, katakanlah sebagian orang menganggap teknologi inovatif macam android, facebook, streaming, CCTV, print 3 dimensi dan lain-lain adalah hal menakjub-kan khas abad ini. Tapi bukankah itu masih kalah pamor dengan lampu pijarnya Alfa Edison yang bisa dinikmati semua kalangan penduduk bumi paling primitif pun, asalkan ada aliran listrik yang cukup.
Seorang teman saya yang bahagia dengan pernikahannya suatu ketika tengah giat-giatnya ingin menularkan kebahagiaan tersebut kepada rekan-rekan yang pernah dikenalnya. Dia akan senang sekali jika kepiawaiannya dalam bercakap dan merayu berhasil mempromosikan teman-temannya yang putri untuk bisa menikah dengan temantemannya yang putra, yang rata-rata berlatar belakang santri. Alias jadi semacam biro jodoh. Berhasil pada satu kawan saya. Tidak pada saya.
"Eh, dia cantik lho.." katanya.
"Eh, kamu dan dia kan sama-sama pintar, jadi mungkin cocok.." rayuan kedua.
"Emm, yang satu ini gak butuh calon suami macam-macam. Yang penting santri dan bisa jadi imam. Itu kan kamu banget.." rayuan ketiga.
Ah, mungkin kalau ada lomba rayuan nasional dia bisa jadi favorit juara. Kecuali jika jurinya saya..hehe..
Saya malah jadi teringat seorang teman lainnya yang pernah memposting status:
"Enak ya punya calon suami yang ahli Qur'an..tajwid dan makharijul huruf aja diperhatikan..apalagi istri.." Ada2 saja.. tapi bisa jadi iya.
Sudah lama saya sadari, kecantikan bukanlah termasuk hal-hal yang bisa menyelesaikan permasalahan hidup. Kadang malah bisa menambah masalah. Kalau kepintaran, mungkin iya. Seorang suami akan takut (atau minder) jika istrinya yang bak bidadari akan digoda oleh pria lain yang lebih tampan atau lebih tajir darinya.
Lebih-lebih jika sang istri kelewat pintar sehingga bisa saja dengan mudahnya memperalat si suami atau membuat alibi dan beragam alasan untuk menutupi jejak perselingkuhannya dengan pria idaman lain.
Setahu saya, satu hal yang pasti bisa membuat kapal rumah tangga dapat bertahan sedemikian lama dan tidak karam dalam berbagai ujian hidup adalah adanya kesetiaan. Bukannya cinta?
Mungkin iya. Tapi kesetiaan relatif lebih bisa diukur. Dan tidak begitu fluktuatif. Maka saya tidak akan menyarankan atau meminta orang paling genius pun untuk menciptakan cintameter ataupun cintagraf sehingga seberapa dalam cinta seorang suami kepada istri bisa benar-benar terukur dengan valid. Itu suatu hal yang maha sulit..
Seorang sahabat yang rela menanti anda bertahuntahun dan menepis para calon "nasabah cinta" yang lain demi cita-cita bisa menghabiskan sisa kehidupannya bersama anda lewat gerbang pernikahan, bukankah itu termasuk kesetiaan?
Seekor kucing milik Buya Hamka yang diselamatkan hidupnya oleh beliau saat kecilnya, dirawat dan dibesarkan sehingga mengikuti ke manapun beliau pergi ketika masih hidup dan selalu ada di sisi makam beliau, bukankah itu tanda setia?
Seseorang yang selalu mempercayai dan mendampingi di kala hidup dan mati, seperti kesetiaan Abu Bakar kepada sahabat dari kecilnya, nabi Muhammad bukankah pantas dinilai dan dihargai?
Kepercayaan (baca: iman) adanya Allah dan kesetiaan dalam menjalani perintah-Nya adalah perilaku sederhana yang bisa mengantarkan kita masuk surga. Saya hanya akan menghabiskan hidup ini bersama orang yang yakin/percaya dan setia. Kalau yakinnya tidak kepada saya, cukuplah kepada Allah saja.
Cantik ataupun pintar, bukankah Allah ahli dalam memberikan bonus bagi para hamba yang mencintai-Nya..?
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.