100 Remah Hikmah (58): Bekerja Sesuai Hobi dan Nurani

0
Ilustrasi: Foto pixabay

Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*

EDUKASIA.ID - Kita perlu prihatin terhadap orang yang hidupnya kesusahan dan bergelut dengan aktifitas yang menyusahkan pula. Setiap kita adalah makhluk istimewa dan hanya ada satu di dunia. 

Tak semua bisa memahami keunikan personal yang dianugrahkan oleh Tuhan. Sifat dasar manusia yang suka meniru perilaku manusia lain kadang malah bisa menutupi karakter asli yang lebih hebat jika dimaksimalkan. 

Tanah-tanah kuburan telah jadi saksi bisu banyaknya orang yang tidak mampu mengenali dan mengembangkan bakat alamiahnya dan memilih realistis menjadi orang biasa dan bergabung dengan "kebanyakan orang". 

Di pemakaman, menumpuk jasad-jasad calon presiden, calon astronot, calon dokter, calon sutradara dll., yang sampai mati tak berani atau tak mampu merealisasikan citacita yang sesuai dengan hobi dan fitrahnya. 

Untuk menggambarkan betapa akutnya kita (termasuk saya dan anda, mungkin) karena hanya berani bercita dan ternyata pasrah pada realita, di negara yang berpenduduk 200-an juta jiwa, timnas sepakbolanya tak mampu bicara di level dunia padahal hampir semua dari kita hobi bola. 

Orang-orang kaya lebih memilih instan berobat ke luar negeri dibanding "memaksa" anak-anak mereka sekolah kedokteran. 

Padahal kita tahu orang miskin bermimpi jadi dokter saja tak berani karena mahalnya biaya pendidikan. Yang biasa dilakukan generasi muda kita malah main "dokter-dokteran" yang jika kebablasan bisa saja menyusahkan dokter kandungan.. Itu tadi tentang hobi. 

Kalau kaitannya dengan nurani beda lagi. Saya sudah mengubur dalam-dalam cita-cita jadi jurnalis media. Itu sejak saya tahu bahwa menjadi wartawan atau reporter media massa sama artinya saya harus mencari "berita buruk" setiap hari. 

Karena publik pun mafhum bahwa "semakin buruk berita semakin besar kemungkinan dibaca atau dilihat pemirsa." 

Dan bagi orang-orang idealis semacam saya, profesi guru atau bahkan PNS sudah lama tersingkirkan dari list grup cita-cita. Kecuali jika memang "dipaksa Tuhan" untuk ikut membenahi dunia pendidikan atau birokrasi yang sudah terlanjur karut marut ini. 

Semoga saya atau anda bisa hidup mulia dengan mimpi-mimpi yang jadi nyata dan tidak terkubur bersama cita-cita.


**** * ****

*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top