Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Kalau di pondok, ngopi hampir-hampir diwajibkan. Sebaliknya, di kampus ngopi hampir-hampir diharamkan.
Perbedaannya lagi, ngopi di pondok dibuat dengan sengaja untuk teman sekamar. Di kampus, anda bisa jadi setengah memaksa untuk mendapat kopian file dari teman.
Semangat memberi vs nafsu minta-minta. Sama-sama pahit. Ngopi di pondok benar-benar pahit karena persediaan gula harus dihemat alias ngirit.
Tapi terasa manis akhirnya karena dengan ngopi segala remeh temeh bisa dilontarkan dengan selingan canda tawa khas santri. Segala beban bisa dicurhatkan.
Ngopi di kampus bisa sangat manis awalnya karena segala tanggungan tugas beres seketika dengan memencet tuts keyboard komputer bertuliskan ctrl+C lalu ctrl+V.
File Presentasi atau makalah hasil kerjaan teman ataupun hasil sowan kang google yg termodifikasi sedikit sudah bisa membuat para dosen tersenyum puas. Dan mungkin juga anda akan tersenyum lebih puas karena telah "minterin" orang pintar.
Tapi, hasil kebiasaan ngopi yg akut dan jamak terjadi itu akan membuat nasib yg pahit bagi para mahasiswa yg ketahuan bahkan saat mengurus skripsi.
Ngopi paste ala mahasiswa dan ngopi njagong ala santri mungkin menandakan kemalasan para anak muda. Tapi memang terasa berat untuk ditinggalkan..
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.