Ilustrasi: Foto pixabay
Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - "Takdir tak bisa diubah. Maka, ubahlah aturannya. Atau kau akan diatur selamanya." (Itu yang saya tulis 7 tahun lalu, 22 juli 2008)
"Karena kita tak tahu takdir kita sendiri, sudah seyogyanya kita berhenti bertanya apa takdir kita, dan mantap menjejaki kehidupan bagaimanapun takdir kita." (Tertanggal 19 Maret 2015)"Bagaimanapun cara takdir berjalan seirama dengan langkah kehidupan, kita perlu yakin bahwa Sang penentu takdir lebih tahu yang terbaik dan sesuai dengan kita, daripada siapapun jua." (Tertanggal 23 Maret 2015)
Kesimpulan: Bangun ruang takdir bukanlah sesuatu yang tetap dan rigid (kaku). Kita bisa sewaktu bersinggungan dengan bangun ruang takdir makhluk lainnya.
Kita bisa memperbanyak volume dalam ruang yang mestinya telah menyempit dan sebaliknya: terkesan terlalu luas dengan volume yang minim.
Yang mungkin sulit bagi kita adalah merusak bangun ruang itu dengan manapun cara kita mengubah takdir. Allah telah memberikan anugrah bagi kita berupa takdir yang lentur.
Gambaran yang lebih gampang adalah: Otak manapun pasti berdimensi alias berbatas volume fisiknya. Tapi siapa yang tahu dimensi pikiran? Siapa yang mengerti luas atau volume akal tiap orang?
Postulat: Terkait segala hal yang tak berdimensi, Tiada hal yang tak mungkin terjadi.
Tuhan kita adalah Dzat yang pastinya (kita yakini) tak berdimensi memang kuasa jika menciptakan hal-hal "sepele" yang juga tak berdimensi.
Subhaanaka Laa 'ilma lanaa, Illa maa 'allamtanaa.
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.