Kenapa Hari Pertama Puasa Terasa Lapar? Ini Kata Pakar IPB

0
Ilustrasi. Menjalani puasa pada hari pertama bisa menimbulkan sensasi lapar. Foto Pixabay.

EDUKASIA.ID - Selama bulan Ramadhan kaum Muslim diwajibkan menjalankan puasa selama 30 hari. Bagi mereka yang belum familiar dengan kebiasaan berpuasa, pengalaman menjalani puasa pada hari pertama dapat menimbulkan sensasi lapar.

Dampaknya bagi sebagian orang melibatkan tubuh yang merasa lemah saat beraktivitas sehari-hari. Orang yang sedang berpuasa biasanya mengandalkan asupan makanan sebagai sumber nutrisi harian, namun selama berpuasa, asupan nutrisi berhenti untuk sementara waktu dan baru akan diisi kembali saat waktu berbuka dan sahur.

Namun, pertanyaannya, mengapa orang yang berpuasa merasakan lapar pada hari pertama? Apakah kondisi ini berlanjut selama 30 hari?

Profesor Hardinsyah, seorang Guru Besar Ilmu Gizi di Institut Pertanian Bogor (IPB) University, memberikan jawabannya terkait hal ini. Penjelasan ini akan mengungkapkan alasan mengapa hari pertama puasa dapat dirasakan sebagai lapar dan apakah kondisi tersebut berlangsung sepanjang bulan puasa.

Dijelaskannya, saat awal puasa, hormon ghrelin yang memberi sinyal lapar akan naik dan hormon leptin yang memberi sinyal rasa kenyang akan turun. Setelah terbiasa berpuasa, hormon ghrelin akan turun dan leptin naik sehingga tubuh tidak mudah merasa lapar.

“Awal masa puasa pasti akan membuat seseorang merasa lapar. Namun, pada hari kedua atau ketiga, tubuh sudah bisa menyesuaikan,” ujar Prof Hardinsyah, dilansir dari laman IPB University.

Menurutnya, lapar merupakan kondisi tidak disengaja akibat kondisi tertentu dan waktu berakhirnya juga tidak menentu. Sedangkan puasa adalah tindakan yang diniatkan serta memiliki batas waktu yang jelas.

Tidak seperti puasa, menurutnya kelaparan dapat memicu kemarahan sedangkan puasa dapat menimbulkan kepuasan. Berpuasa tidak hanya sekedar menahan lapar karena puasa dan kelaparan merupakan dimensi yang berbeda.

Prof Hardinsyah menyebut, pada era pengetahuan modern, pengaturan makan dan minum menjadi penting. Tidak hanya itu, pengetahuan terkait pengaturan pola makan di saat puasa terbilang masih langka dalam tren diet modern. Pengaturan terhadap jenis, jumlah, dan jarak waktu makan pada berbagai jenis makan seharusnya turut diperhatikan.

Berbagai efek positif puasa juga diulasnya, seperti puasa bisa menekan kadar kolesterol, tekanan darah, hingga mengurangi faktor risiko gangguan metabolik maupun kardiovaskuler. Puasa juga dapat membantu menurunkan berat badan karena adanya pembatasan kalori.

Bahkan, puasa menurutnya bisa memicu proses autofagi yang diyakini dapat meningkatkan kesehatan tubuh, mencegah penuaan dini, hingga memperpanjang usia.

“Puasa juga memicu autofagi yang merupakan mekanisme tubuh untuk memakan sel-sel yang sudah tua dan rusak serta menggantikannya dengan sel-sel baru,” ujar Prof Hardinsyah.

Namun menurutnya penerapan pola makan yang salah malah dapat memicu kenaikan berat badan. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa makan sahur dan berbuka yang berlebih akan menguatkan puasa.

Padahal, anggapan tersebut keliru, karena asupan kalori dan jenis makanan yang kurang sehat justru akan memicu dampak buruk bagi kesehatan. Tidak hanya itu, efek yang ditimbulkan dapat mengganggu aktivitas ibadah selama berpuasa.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top