Penulis: Dr. H. Ahmad Maghfurin.
(Dosen UIN Walisongo Semarang, Ketua LPT NU-Jepara dan Pengasuh Pondok Pesantren Sadamiyyah- Guyangan, Bangsri, Jepara)
EDUKASIA - Bulan Ramadan adalah waktu di mana Al-Qur'an pertama kali diturunkan, menjadi pedoman utama bagi umat Muslim.
Selama bulan yang suci ini, umat Islam diajak untuk merenungkan dengan mendalam ajaran-ajaran Al-Qur'an, menggali maknanya, dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Membaca adalah kunci utama dalam memahami Al-Qur'an. Namun seringkali orang salah memahami aktifitas “membaca” dan menyamakannya dengan “melafalkan”. Dua kegiatan ini memiliki perbedaan yang penting dalam pengertian dan praktiknya.
Membaca merupakan tindakan mengurai makna yang dapat dilakukan dengan atau tanpa suara, sedangkan melafalkan lebih menekankan pada pengucapan huruf tanpa memperhatikan pemahaman.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita menemui situasi di mana seseorang terlihat tenang, namun sebenarnya mereka sedang membaca sesuatu di dalam hati mereka.
Contohnya, ketika membaca pesan WhatsApp atau artikel berita, sering kali dilakukan tanpa bersuara. Meskipun tidak terdengar, proses membaca tetap terjadi di dalam pikiran mereka. Dalam konteks ini, membaca menjadi tindakan internal yang terjadi tanpa harus mengucapkan kata-kata.
Sebaliknya, ada juga orang yang hanya melafalkan sesuatu tanpa benar-benar memahami atau merenungkan maknanya.
Contohnya, saat membaca wirid atau doa-doa harian, seringkali orang hanya mengulang-ulang kata-kata tanpa memperhatikan makna yang terkandung di dalamnya.
Aktivitas ini sering dilakukan secara otomatis tanpa memberikan ruang bagi pemahaman yang mendalam terhadap pesan yang ingin disampaikan.
Namun demikian, membaca dengan suara juga memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam konteks penyampaian informasi, pembawa berita harus membacakan berita dengan suara mereka agar dapat dipahami oleh pendengar.Dalam konteks khusus Al-Qur'an, terjadi fenomena di mana banyak orang hanya melafalkan ayat-ayat suci tanpa memahami pesan yang tersirat di dalamnya.
Meskipun mereka dapat mengucapkan ayat-ayat dengan lancar, pemahaman mereka terhadap makna dan hikmah yang terkandung di dalamnya sangat terbatas.
Ini menegaskan bahwa sekadar melafalkan Al-Qur'an tidak cukup untuk merasakan manfaat spiritual yang sebenarnya.
Untuk benar-benar menghayati ajaran-ajaran Al-Qur'an, diperlukan pemahaman yang mendalam dan refleksi yang sungguh-sungguh.
Dengan demikian, perbedaan antara membaca dan melafalkan Al-Qur'an, serta peran membaca dengan suara dalam kehidupan sehari-hari, mencerminkan kompleksitas aktivitas membaca dalam berbagai konteks.
Penting bagi setiap individu untuk tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi juga untuk memahami makna dan merenungkan pesan yang tersirat di dalamnya, baik dalam konteks keagamaan maupun kehidupan sehari-hari.
Al-Qur'an, sebagai sumber petunjuk yang membimbing kehidupan manusia menuju jalan yang benar, mengandung hikmah dan panduan yang dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan mereka.
Membaca Al-Qur'an bukanlah sekadar aktivitas biasa, melainkan usaha untuk mendapatkan arahan dan inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Dengan membaca Al-Qur'an dengan pemahaman dan hati yang terbuka, seseorang dapat mencapai tingkat kesadaran yang lebih tinggi dan meningkatkan keimanan mereka.Sementara itu, melafalkan Al-Qur'an tanpa memahami maknanya hanya akan memberikan manfaat terbatas.
Meskipun membantu dalam menghafal dan mengucapkan huruf Arab, tanpa pemahaman akan pesan yang disampaikan, hal itu tidak akan menghasilkan perubahan yang signifikan dalam kehidupan seseorang.
Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk fokus pada kualitas dalam membaca Al-Qur'an, bukan hanya kuantitas dalam melafalkannya.
Selama bulan Ramadan, umat Islam diingatkan akan pentingnya menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman utama dalam tindakan dan keputusan mereka.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.