Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Menunggu lampu merah jadi hijau kadang menjemukan. Apalagi di kota-kota besar yang sampai dua menitan.
Di kota metropolitan macam Surabaya, orang tak peduli itu karena sebagian pengguna motor telah melewati garis pejalan kaki alias membelakangi traffic light dan langsung tancap gas begitu jalur lain sepi.
Insting berkendara masyarakat urban kadang lebih peka karena tiap hari mempertaruhkan nyawa di jalanan padat.
Di kota berkembang macam Bojonegoro, pengguna motor tetap menghormati marka penyeberangan walaupun tetap tancap gas saat lampu merah masih menyisakan dua detik.
Di kota kecil dan dinamis macam Kudus, lampu merah tetap dihormati sampai berganti kuning. Tapi itu bagaikan lampu start bagi para rider yang hobi menggeber tunggangannya di jalanan pantura yang mulus menggoda.
Lampu lalu lintas tak terlalu penting bagi para penderita buta warna. Seperti kerelaan mereka pada takdir karena seumur hidup tak akan pernah punya SIM yang prosedur tetapnya diawali tes buta warna.
Itu masih diperparah dengan lampu merah berangka hitung mundur yang pasti mendiskriminasikan kaum buta aksara.
Tapi lumayan-lah buat anak balita yang sedang asyik-asyiknya menghitung. Saya salut atas adanya lampu merah yang hitungannya maju.
Jadi, tak ada orang yang akan tahu akhirnya sampai dengan angka berapa.
Walaupun itu semua tadi tak akan berefek apapun bagi rombongan mobil berpelat merah yang dikawal voojrider, seolah para penumpang mobil itu merasa sama pentingnya dengan penumpang mobil ambulance yang ingin cepat-cepat bertemu malaikat.
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.