Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Bila ada anak kecil kok nakalnya minta ampun dan tak kenal waktu, belum berarti bahwa dia "salah kedaden".
Buku "Sekolahnya manusia" karya pak Munif Chatib sebenarnya pernah saya baca sudah lama. Tapi membacanya kali ini, kok terasa lebih pas dan mengena di hati. Meresap ke pori-pori nurani.
Saya memang lagi gelisah memikirkan kenakalan rekan-rekan santri pondok yang kata orang tak pernah habis. Tapi saya sejak lama memang berpendapat bahwa kenakalan itu perlu.
Dan kadang saya membiarkan hal itu agar kelak mereka punya cerita membanggakan untuk dibagi ke anak cucu bahwa semasa mondok sukses berkali-kali ngibulin para ustadz.
Pernah bawa HP tanpa ketahuan. Pernah qadla salat berkali-kali. Dan banyak lagi. Itulah kecerdasan. Cerdas adalah kata sederhana yang menggambarkan penggunaan otak secara optimal, atau genius bila ternyata itu maksimal.
Kita atau banyak orang yang berpendapat bahwa definisi pintar adalah selalu ranking 1, berkacamata tebal, atau tak pernah dihukum guru, mungkin perlu cuci otak.
Alih-alih melawan konsepsi Allah tentang penciptaan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fii ahsani taqwim), kita malah harus lihai menilai atau mendeteksi di manakah sisi kesempurnaan masing-masing individu?
Allah tidak mungkin mencipta suatu individu tanpa satu kelebihan pun yang disertakan ter-install sejak lahirnya. Anda mungkin tidak akan menikmati uniknya nada gubahan Beethoven ataupun Kitaro jika keduanya terlahir sempurna panca inderanya.
Kita sering menganggap "kekurangan" sebagai masalah karena belum bisa melihat dari sudut pandang lain. Belum terlatih untuk melihat "potensi" yang bersembunyi di baliknya.
Nabi tak pernah mempopulerkan doa menahan hujan karena itu tak akan laku di negeri arab yang gersang, yang lebih sering butuh salat & doa istisqa'...
Islam tak banyak dianut para penduduk daerah kutub karena diiming-iming masuk surga yang dialiri banyak sungai, padahal sehari-hari mereka sudah bosan dengan air & hawa dingin... SUDUT PANDANG!
Sekali lagi, murid yang nakal dan tak pernah diam bukan tugas anda mendiamkannya. Tugas anda sederhana: Belajar. Mencoba memahami bahwa semua manusia itu pandai. Dengan kepandaian yang mungkin tak sama dengan anda.
Bersiaplah.
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.