Ilustrasi: Foto pixabay
Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
Bisa saja hidup ini seperti film india: suka ataupun duka kita harus tetap bisa bernyanyi. Sebagai catatan, saya masih belum putus asa terus mencari film Bollywood yang tak ada "acara" nyanyi-nyanyi di dalamnya.
Walaupun hampir dipastikan tidak ada. Dan bagaimanapun kompleksnya alur cerita, film india pasti akhirnya bahagia.
Entah kenapa orang-orang disana selalu menyukai happy ending? Bisa juga nasib hidup kita seperti film indonesia: terlalu mudah ditebak semua alurnya.
Kemarin begini. Sekarang kayak begini. Besok kayak begitu. Walaupun endingnya lebih variatif: bisa sedih atau senang atau bahkan gak jelas.
Nah..ending kehidupan yang gak jelas itu tuh yang juga mengesalkan malaikat. Dimasukkan database surga gak pantas.
Sedangkan malaikat Malik juga gak mau nerima. Atau kadangkala sebagian orang punya cerita kehidupan yang mirip ciri khas film Hollywood: mulai dari judul saja sudah bikin penasaran. Alurnya menegangkan.
Dan endingnya hanya bisa diketahui pada detik terakhir. Atau kadangkala malah "tanpa ending" karena masih terus berlanjut, kayak serial filmnya Harry Potter.
Itu adalah ibarat cerita hidupnya tokoh-tokoh pergerakan kita. Baik yang ngenes seperti Bung Karno (diasingkan-dihormati-difitnah-diasingkan-dipuja-puja) atau yang lebih ngenes seperti Munir (kasus kematiannya sampai sekarang gak jelas).
Ada para aktivis yang malaikat saja "tak tahu" persis keberadaannya karena yang tahu status mereka malah para kawan-kawan mantan jenderal.
Atau mungkin anda ingin kisah hidup anda layaknya film korea? Saya sih pilih sering-sering nglobi "sutradara" saja..
Agar "sang sutradara" tidak marah-marah sebab banyak pemainnya yang bedigasan (jawa tengahnya: mblubohe neni) minimal kita ikut prosesi syuting 5x sehari..
**** * ****
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.