Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Roti Bluder adalah contoh roti kelas bawah yang sangat laku di pasaran ketika saya khitanan dulu, bersamaan dengan larisnya grup baru Langitan: Al Muqtashida, dan grup lawas jawa tengah: Nasida Ria yang kembali populer dengan lagu tematik: "Tahun 2000".
Larisnya roti bluder wa alihi wa ashabihi pada waktu itu, termasuk roti kismis dan roti sisir yang memang digunakan untuk menjejali berkatan pulang kenduri manten (alias hasil buoh) telah saya rasakan sebagai penanda "revolusi industri" di indonesia.
Roti bluder yang memang tampil sangat minimalis tanpa isi macam-macam seperti roti produk bakery zaman sekarang, telah berani dipasarkan untuk mengganti dominasi penganan tradisional yang biasa dihidangkan saat hajatan.
Dan itu berhasil..! Produksi jadah (jawa tengah: gemblong), wajik, reteh, jenang, matahari, gapit, onde-onde dll mulai berkurang. Alasannya pun logis: manusia makin ingin serba praktis. Dan murah.
Lagipula siapa sih tamu kondangan yang akan protes jika disuguhi air minum gelasan padahal sejak berangkat dari rumah berharap dapat sajian es puding?Khong Guan memperjuangkan nasib orang-orang seperti itu. Walaupun aslinya saya tidak suka kemasannya yang secara filosofis nakal mengajarkan konsep keluarga modern yang menggambarkan single parent dengan sedikit anak.
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.