Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Dalam pituturnya yang sederhana bagi teman-teman santri yang tak terbiasa berpuasa, seorang kiai pernah ngendika:
Nek wetengmu kok kebaki panganan, yo mesti “ngisore weteng” yo njaluk mangan. Nek wetengmu iku luwe genten “dhuwure weteng” sing nggragas panganan.
Kalau sudah begitu pasti banyak peserta puasa sunnah yang berstatus newbie. Lha semua orang juga tak akan menyangkal teori yang termaktub di atas tadi.
Intinya begini: Kalau perut kekenyangan, pasti bagian bawah perut juga minta “jatah”. Kalau perut kosong (lapar) ganti bagian atas perut yang mudah melahap makanan.
Hampir bisa dipastikan bahwa orang normal yang terbiasa makan tiga kali sehari tapi sedikit beraktifitas cenderung punya syahwat yang “sehat”. Produksi akan sangat giat.
Nah, yang bahaya adalah ketika perut diurus tapi syahwat gak terurus alias gak punya media normal tempat penyaluran. Jasmani bugar bisa bikin “jas mani” tegar maka perlu diberi “pagar”. Agar tak minta “jatah makan” sembarangan, apalagi “jajan”.
Kalau membahas urusan bawah perut manusia tak akan pernah ada habisnya… Nah, kalau membahas urusan atas perut orang malah segan.
Padahal kita sudah hafal lagu tombo ati yang salah satunya adalah weteng ingkang luwe. Sudah pernah pula diajar ta’lim muta’allim bahwa untuk menyerap banyak ilmu manfaat diperlukan tirakat bernama puasa.
Kalau perut kosong, syahwat dan nafsu bahimiyah-syaithaniyah tak akan mudah terpovokasi.
Sebaliknya jiwa dan pikiran terfokus pada pencernaan ilmu ataupun hidayah. Jadi, bagi siapapun yang menginginkan cara sehat untuk melindungi jasmani sekaligus mengekang “jas mani” serta memberi nutrisi yang cukup bagi rohani, puasa adalah solusi terbaik yang pernah ditawarkan dan dipraktekkan sendiri oleh Nabi.
Rajab bulannya Allah. Sya’ban bulannya nabi Muhammad. Ramadlan adalah bulan kita umat Islam. Tidak ada salahnya bagi kita untuk mengkompilasikan pahala puasa sunnah dan wajib di ketiga bulan tersebut.
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.