Penulis: Salahuddin Ibnu Sjahad*
EDUKASIA.ID - Sebagian dari kita yang pernah muda atau yang mengikuti diklat kepemimpinan, pasti pernah melakoni permainan bisik kata, yakni saat sekumpulan orang disuruh berjajar layaknya antre tiket, dan yang paling depan diberi sebuah kalimat tertulis untuk kemudian dibisikkan secara estafet kepada teman yang di sampingnya, berurutan sampai habis orangnya lalu orang terakhir itu ditanya oleh panitia lomba atau yang membuat tulisan tadi tentang bunyi dari kalimat yang dibisikkan.
Dalam permainan ini tak dicari pemenang. Yang dicari adalah yang kalah untuk dihukum, yakni yang pertama kali salah kalimat, entah karena salah dengar atau memang sengaja.
Jika jumlah orang hanya sekitar sepuluh orang misalkan, mungkin kalimat “Aku mandi di kali bersama sapi” tak akan keliru.
Tapi bila yang berjajar sampai puluhan, bisa saja kalimat itu jadi “Aku mandi dua kali bersama Siti...” Sebuah ujian kepekaan indera kita.
Mungkin perlu bagi mereka yang sekarang duduk di kursi wakil rakyat?
*Salahuddin Ibnu Sjahad atau Mohammad Salahuddin Al-Ayyubi, seorang guru mata pelajaran Ilmu Tafsir di MAN Sumenep, peraih beasiswa studi S2 melalui Beasiswa Indonesia Bangkit di UIN Sunan Kalijaga. Tulisan ini merupakan kompilasi statusnya di Facebook yang kemudian dijadikannya buku berformat PDF, diberinya judul "100 Remah Hikmah: Secuil Cerita dan Sudut Pandang Baru dalam Menikmati Rutinitas Kehidupan."
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.