Refleksi Harlah ke-3 Asosiasi Dosen Pergerakan

0
Foto: ist

Oleh: Ruchman Basori
(Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta, Sekretaris Cabang PMII Kota Semarang Masa Khidmah 1997-1998).

Besok, tepatnya tanggal 22 Juni 2024 akan digelar puncak Hari Lahir Asosiasi Dosen Pergerakan (ADP) yang ke-3. Organisasi yang anggotanya berlatarbelakang para dosen ini, dilahirkan pada tanggal 7 April 2021 di UIN Sayid Ali Rahmatullah (UIN SATU) Tulungagung Jawa Timur.

Berdirinya organisasi kaum intelektual nahdliyyin ini, tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) se-Indonesia. Sekaligus sebuah harapan baru, akan terwujudnya impian-impian anggota dan kader PMII, terutama dalam kontestasi membangun bangsa.

Hadirnya ADP sedikit banyak akan berkontribusi memenuhi tujuan didirikannya PMII sebagaimana termaktub dalam Anggaran Dasar (AD) BAB IV, Pasal 4: “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia“.

The founding father PMII yang kini tinggal beberapa orang saja yang masih hidup, insya Allah merasa bangga. Karena warisan pergerakan (haraqah), warisan intelektual, tata nilai, kultur dan tradisi, yang telah ditancapkan akan diteruskan oleh ADP bersama-sama dengan kader PMII aktif di pelbagai kampus.

Perhelatan Harlah ke-3 ADP digelar dengan cukup meriah, walau dikomandani oleh Sang Ketua Panitia dari Australia. Dalam pengamatan penulis, cukup produktif, empatik, simpatik, dan menggerakan. Menggugah kesadaran akan eksistensi, bahwa para dosen PMII harus bergerak dan berkontribusi.

Setidaknya ada 8 series webinar Pra Harlah yang digelar, dengan tema-tema yang menarik, yaitu: Digitalisasi Pergerakan: PMII, Startup dan Teknologi, ⁠Gerakan Filantropi untuk Social Change, ⁠Meniti Jenjang Karir Dosen, ⁠Menulis Jurnal Scopus, ⁠Menjadi Penggerak Perubahan, ⁠Menulis Kreatif untuk Media, ⁠Aktivis dan Akademisi: Alumni PMII Menjawab Tantangan Global dan ⁠Roadmap PMII dan Pergerakan Sosial di Luar Pulau Jawa.

Rasa Syukur

Terasa kurang arif membebankan seabreg masalah-masalah PMII dan juga mungkin NU kepada ADP, organisasi yang baru berusia Balita. Biarlah yang rumit-rimit dan kompleks kita lupakan sejenak, Harlah harus kita rayakan dengan kegembiraan. Coretan singkat ini setidaknya sekedar menjadi bahan reflesi bersama, dalam puncak Harlah ADP ke-3 di Universitas Islam Malang (UNISMA).

Sekedar tahaddus bi nikmah, perlu saya catat beberapa hal yang saya baca secara seksama terhadap geliat dosen pergerakan. Dalam tiga tahun, setidaknya Pengurus ADP telah berhasil mengkoordinasikan dosen-dosen di perguruan tinggi, tidak hanya dari kalangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), tetapi juga Perguruan Tinggi Umum (PTU). 

Hal ini diindikasikan dengan pembentukan kepengurusan ADP diberbagai kampus, komunikasi intensif para kader dan kerja-kerja intelektual secara kolaboratif. Kedepan perlu dintensifkan, sehingga keberadaan ADP benar-benar bermanfaat untuk anggota juga menyuburkan PMII dikampus-kampus dimana terdapat dosen pergerakan.

Dalam konteks ini harus terbangun koordinasi dan konsolidasi antara ADP di satu sisi dengan PMII, PTNU dan Pengurus Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU). Jangan sampai di perguruan tinggi di bawah NU, malah PMII sulit berkembang karena tidak terkonsolidir dengan baik.

Hal lain yang menjadi kebanggaan adalah ADP telah berhasil membangun semangat dosen-dosen muda untuk lebih kreatif dan inovatif, menjadi bagian dari dinamika perguruan tinggi. Para dosen pergerakan sejauh pengamatan penulis, sudah tidak malu lagi mengakui sebagai dosen PMII. Karena mempunyai wadah. Mereka tampil di muka public dengan baju dosen pergerakan yang energik dan dedikatif.

Kondisi ini sulit kita bayangkan di masa lalu, ketika kampus-kampus sangat tertutup, dan hanya menjadi tempat bagi dosen yang berlatarbelakang organisasi tertentu. Boro-boro ajaran, nilai dan tradisi aswaja bisa masuk, untuk titip diri saja, tak ada pintu.

Sejalan dengan semangat keterbukaan dan demokrasi ADP lahir untuk melempangkan jalan agar para intelektual pergerakan, bisa bersama-sama membangun kampus Indonesia dengan lebih baik. Sehingga ide dan gagasan Islam yang rahmatan lil ‘alamin bisa terejawantahkan dengan baik dalam kurikulum PT setidaknya hidden curriculum, dalam kehidupan kampus.

Kini adik-adik PMII tidak perlu merasa sendiri dalam memperjuangkan idiologinya. Islam Aswaja akan tumbuh subur berangkat dari perguruan tinggi. Akan ada titik temu antara dosen dan mahasiswa menjadi satu gerakan, yang selama ini sulit disatukan.

Sekelumit Harapan

Layaknya harlah tentu ada harapan-harapan yang ditambatkan. Setidaknya untuk bahan pemikiran dan renungan, agar wadah ini semakin kokoh, kuat, bermanfaat dan menjadi dambaan bagi para anggota dan kader.

Pertama, para dosen pergerakan harus tampil menjadi sosok yang motivatif dan inspiratif akan model ke-Islaman yang moderat. Perlu disadari idola mahasiswa saat ini, bukan ditautkan kepada model keagamaan yang inklusif, toleran dan damai. Kontestasi keagamaan ini harus direbut dan dosen pergerakan telah mempunyai modal segalanya.

Pemahaman dan pengetahuan keagamaan relative unggul, latar belakang pesantren telah mendukung ditambah dengan pengalaman pengembaraan intelektual dalam dan luar negeri juga memadahi.

Kedua, para dosen pergerakan harus menjadi konselor sebaya dengan adik-adik PMII untuk tumbuh menjadi intelektual, professional dan kader penggerak masyarakat. Kita menyadari, tidak semua kader PMII akan menjadi intelektual (pemikir) maka harus sejak dini didampingi agar mereka tumbuh menjadi professional, aktivis gerakan dan lain sebagainya.

Ketiga, lahirnya ADP diharapkan menjadi wadah intelektual yang tidak terkontaminasi politik praktis. Bisa saja ADP menjadi benteng terakhir bagi NU dalam menjaga jam’iyah dengan politik praktis. Yang bisa dimainkan dan menjadi pegangan adalah jam'iyah harus menjadi organisasi yang berorientasi pada politik kebangsaan bukan politik praktis yang hanya mengejar keuntungan sesaat.

Hal ini tidak mudah karena kita berada di organisasi yang konon mempunyai ‘syahwat politik’ luar biasa. Publik berharap agar ADP menjadi penjaga moral politik dan mengalihkan energinya ke politik kebangsaan. Menjaga negeri ini tetap utuh dan mengisinya dengan Pembangunan yang berpihak kepada yang lemah (mustadh’afin).

Selamat ber-Harlah yang ke 3, semoga ADP makin eksis, tambah manfaat dan berkah untuk jamiyah dan Indonesia yang lebih baik. Dari ADP untuk NU dan Indonesia. 

Wallahu a’lam bi al shawab.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top