Makam Syekh Bulawi atau Kyai Baidowi Susukan Seyegan Sleman Barat

0
Makam Syekh Bulawi, warga setempat menyebutnya Kyai Baidowi. Foto: M. Yaser Arafat.

Penulis: M. Yaser Arafat, Peneliti makam-makam kuno, tinggal di Yogyakarta

EDUKASIA.ID - Makam Syekh Bulawi (Kyai Baidowi) berada di dalam sebuah tajug besar beratap limasan menyerupai pendopo di sebelah Selatan Masjid Al-Muttaqin, Susukan III, Margokaton, Seyegan, Sleman. Masjid ini termasuk bangunan bersejarah. Ia dibangun pada 1748, sekira tujuh tahun sebelum Perjanjian Giyanti, yaitu 1755. Berdasarkan cerita warga, kawasan ini dulu pernah dibangun oleh Kyai Nur Iman dan para 𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑚𝑎 sesepuh lainnya sebelum ia berdiam di Mlangi, sekitar 10 kilometer ke arah tenggara masjid.

𝐵𝑎𝑏𝑎𝑑 𝐷𝑖𝑝𝑎𝑛𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑑𝑜, yang langsung ditulis oleh Pangeran Dipanegara, menulis sosok ini dengan nama: Syekh Bulawi. Ia diceritakan sebagai seorang 𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑚𝑎 yang berguru kepada Syekh Ismangil di Gerjen. Keduanya adalah sesama 𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑚𝑎 yang saling berguru satu-sama lain (𝑔𝑖𝑛𝑢𝑟𝑜𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑦𝑎 𝑛𝑔𝑢𝑙𝑎𝑚𝑎).

Suatu hari, Syekh Ismangil ditangkap oleh pasukan musuh. Ia melawan bersama pengikutnya hingga mereka mati 𝑠𝑦𝑎ℎ𝑖𝑑 dan dimakamkan di Gerjen. Saat ini, di sisi timur pemakaman mereka terdapat satu di antara 𝑀𝑎𝑠𝑗𝑖𝑑 𝐾𝑎𝑔𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑙𝑒𝑚 atau masjid milik Kraton Yogyakarta. Perlawanan mereka tidak sia-sia. Sebab di pihak musuh juga banyak yang mati.

Masjid sepuh yang dibangun pada 1748. Foto: M. Yaser Arafat.

Begitu pula nasib Syekh Bulawi. Ia disergap pasukan Belanda. Dengan penuh-seluruh daya ia melawan tentara kapir. Syekh Bulawi akhirnya mati 𝑠𝑦𝑎ℎ𝑖𝑑 dan dimakamkan di Susukan. Saat ini makamnya berada di sisi selatan sebuah masjid sepuh sebagaimana telah diceritakan di atas. Perlawanannya juga tidak gratis. Pasukan kapir banyak yang mati. Peristiwa ini diceritakan oleh 𝐵𝑎𝑏𝑎𝑑 𝐷𝑖𝑝𝑎𝑛𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎 𝑀𝑎𝑛𝑎𝑑𝑜, dalam tembang ber𝑚𝑒𝑡𝑟𝑢𝑚 𝑀𝑎𝑠𝑘𝑢𝑚𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔, 𝑃𝑢𝑝𝑢ℎ 𝑋𝑋𝐼𝑉, 𝑃𝑎𝑑𝑎 atau 𝑏𝑎𝑖𝑡 154-157:

𝐼𝑛𝑔 𝐺𝑎𝑟𝑒𝑗𝑒𝑛 𝑤𝑖𝑠𝑚𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑛𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑖𝑟𝑒𝑘𝑖/𝑆𝑒ℎ 𝐼𝑠𝑚𝑎𝑛𝑔𝑖𝑙 𝑖𝑘𝑎/𝑡𝑖𝑛𝑢𝑘𝑢𝑝 𝑚𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑡𝑖𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑟/𝑠𝑒𝑛𝑎𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔𝑎

𝐿𝑎𝑗𝑒𝑛𝑔 𝑛𝑔𝑎𝑚𝑢𝑘 𝑘𝑎𝑝𝑖𝑟 𝑘𝑎𝑡𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑡𝑖/𝑆𝑒ℎ 𝐼𝑠𝑚𝑎𝑛𝑔𝑖𝑙 𝑛𝑢𝑙𝑦𝑎/𝑑ℎ𝑢𝑚𝑎𝑡𝑒𝑛𝑔 𝑆𝑎𝑏𝑖𝑙𝑜𝑙𝑎ℎ𝑖/𝑆𝑒ℎ 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑤𝑖 𝑖𝑛𝑔 𝑆𝑢𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛

𝑃𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑛𝑢𝑘𝑢𝑝 𝑆𝑒ℎ 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑤𝑖 𝑙𝑎𝑗𝑒𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑏𝑖𝑙/𝑘𝑎𝑝𝑖𝑟 𝑘𝑎𝑡ℎ𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑗𝑎ℎ/𝑚𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑎 𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑖𝑛𝑎𝑟𝑛𝑖/𝑇𝑢𝑚𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑔 𝐾𝑟𝑒𝑡𝑎𝑛𝑒𝑔𝑎𝑟𝑎

Terjemahan:

Di Garejen rumah seseorang yang Bernama/Syekh Ismangil itu/ia ditangkap oleh orang kapir/pemimpinnya tidak tahu

Lalu Syekh Ismangil mengamuk hingga para kapir banyak yang mati/begitu pula Syekh Ismangil wafat/dalam rangka Perang Sabilillah/hal yang sama terjadi pada Syekh Bulawi di Susukan

Yang ditangkap hingga Syekh Bulawi juga wafat sabilillah/pihak kapir banyak pula yang mati/begitulah yang diceritakan waktu itu/Tumenggung Kertanegara

Nisan makam Syekh Bulawi berbentuk limasan. Bagian kemuncaknya membentuk citra berlian. Sedangkan bagian kaki hingga pinggangnya berbentuk bujur sangkar. Di sekeliling makam ini, masih di dalam tajug yang sama, terdapat tiga belas makam. Beberapa makam mencirikan budaya nisan-kijing dari era 1700 akhir hingga 1800-an. Sedangkan beberapa makam lain tidak berkijing-nisan.

Semoga Syekh Bulawi, keluarganya, para sesepuh pembuka iman-islam dan muslimin-muslimat yang dimakamkan di sini, serta para pembangun masjid dan pembuat kijing-nisan mereka diampuni oleh Allah swt, disyafaati oleh Kanjeng Rasulullah saw, dijauhkan dari fitnah kubur, dan dimasukkan ke dalam surga. Amin.

Linnabi walahumul Fatihah...

Salamun ngalaikum thibtum ya Ahla Mataram...

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top