EDUKASIA.ID - Kenapa kelompok menengah ke atas, lebih suka menyekolahkan anaknya di Swasta daripada Negeri? Pertanyaan ini sedang ramai didiskusikan di beberapa media akhir-akhir ini, setelah penutupan masuk sekolah tahun ajaran 2024.
Sesungguhnya embrio beralihnya kelompok kelas menengah ini menyekolahkan anaknya di swasta sudah terjadi sejak tahun 2000-an.
Saya mencoba mengamati, sekaligus memberikan argumentasi apa yang terjadi selama ini. Ada beberapa argumen:
Pertama, Guru; guru merupakan salah satu sumber belajar di sekolah. Setidaknya komponen guru meliputi; kualifikasi, kompetensi, kesejahteraan, redistribusi guru.
Dari sisi kualifikasi SDM guru swasta dan negeri hampir sama dan rata-rata jenjang pendidikannya S1, sisi kompetensi sekolah negeri sebetulnya lebih banyak dilakukan melalui pelatihan dan sejenisnya, tetapi ini hanya diikuti guru melalui program pemerintah baik secara online maupun offline, tetapi pengembangan secara internal sangat minim dibandingkan dengan sekolah swasta.
Pun dengan redistribusi guru, beberapa sekolah negeri banyak yang surplus SDM, tetapi sekolah negeri lainnya masih banyak kekurangan guru yang berkualitas, sementara sekolah swasta SDM merata.
Segi kesejahteraan guru, sekolah negeri sebetulnya lebih sejahtera dibandingkan sekolah swasta, sebab terfasilitasi melalui tunjangan sertifikasi dan inpasing. Kesejahteraan guru sekolah negeri belum bisa dijadikan parameter dalam meningkatkan kualitas dan semangat kerja para guru.
Kedua, kurikulum; perubahan kurikulum yang sangat dinamis, lebih banyak bersifat administratif dibandingkan substansi dalam pelaksanaannya. Kurikulum merdeka sudah dilakukan sekolah swasta lebih dulu dibandingkan sekolah negeri.
Sedangkan di sekolah negeri, kurikulum merdeka masih taraf sosialisasi, belum banyak yang menggunakan kurikulum merdeka, sekolah negeri masih terbayang-bayang kurikulum K13 yang administratif itu.
Ketiga, sarana dan prasarana; secara umum sekolah negeri, sarana dan prasarananya baik dibandingkan dengan sekolah swasta. Tetapi sekali lagi saya menyebut ‘baik’ tidak baik sekali. Di Beberapa sekolah swasta tidak hanya baik sekali tetapi juga lengkap untuk memenuhi kebutuhan siswanya.
Keempat, kelembagaan; sekolah negeri sebetulnya punya ruang besar dalam membangun kerjasama dengan beberapa lembaga pemerintah, swasta, bumn. Namun sekolah negeri lebih cenderung senang berinteraksi dengan lembaga pemerintah, bahkan ‘hanya’ tergantung pada pemerintah.
Sementara sekolah swasta lebih leluasa bisa kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dapat mengembangkan usaha-usaha mandiri untuk membangun dan mengembangkan lembaganya dibandingkan dengan sekolah negeri.
Kelima, siswa; kalau dulu siswa pilihan pertama langsung sekolah negeri, kalau tidak diterima baru di swasta. Sekarang siswa-siswa yang pintar tidak harus sekolah negeri, bahkan tidak sedikit yang memilih di swasta.
Keenam, orang tua; para orang tua tidak lagi fanatik menyekolahkan anaknya di sekolah negeri, jika sekolah negeri kualitas dan sarananya tidak baik, maka mereka lebih suka menyekolahkan anaknya di swasta, mereka tidak akan berfikir lagi soal mahalnya biaya pendidikan yang harus dibayar.
Ketujuh, zonasi; ketika sekolah yang bagus tidak didapatkan di daerahnya, maka mereka lebih memilih sekolah swasta yang lebih bagus, meskipun lebih jauh dari tempat tinggalnya.
**ditulis di pesawat dalam perjalanan Jakarta-semarang
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.