Menelusuri Kisah Hidup Sunan Gunung Jati, Penyebar Agama Islam di Tanah Sunda

Peziarah di kompeks makam Sunan Gung Jati, Cirebon. Foto NU Online.

Penulis: Mg Siti Nurhaliza Safitri

EDUKASIA.ID - Sunan Gunung Jati merupakan salah satu anggota wali songo yang terkenal sebagai pendakwah terkemuka di Indonesia.

Sunan Gunung Jati memiliki nama asli Syarif Hidayatullah yang lahir pada tahun 1448. Syarif Hidayatullah merupakan putra dari Syarif Abdullah dan Syarifah Mudaim atau Nyai Rara Santang.

Merujuk dari buku “Jalan Hidup Sunan Gunung Jati” karya Eman Suryaman, Syarif Abdullah yang merupakan ayah dari Sunan Gunung Jati merupakan seorang keturunan raja Mesir bergelar Sultan Mahmud, sementara sang ibu merupakan keturunan raja Pajajaran, yakni Prabu Siliwangi.

Jika ditelaah lebih dalam, melalui garis keturunan dari ayahnya, Sunan Gunung Jati merupakan keturunan Nabi Muhammad Saw. generasi ke-18.

Memiliki darah agamis yang kuat, Syarif Hidayatullah yang gemar membaca buku memutuskan mulai berkelana untuk mencari ilmu sejak usia muda. 

Beberapa wilayah yang menjadi tujuannya untuk menuntut ilmu tak lain yaitu Mekkah, Baghdad, Mesir, Gujarat, Samudera Pasai yang berada di Aceh, hingga Ampel Gading di Surabaya.

Syarif Hidayatullah diperkirakan tiba di Cirebon pada tahun 1470-1475. Di sana, ia menikahi Nyi Ratu Pakungwati yang merupakan putri dari penguasa Cirebon kala itu, yakni Pangeran Cakrabuana.

Sunan Gunung Jati diriwayatkan memiliki enam orang istri terlepas Nyi Ratu Pakungwati, di antaranya adalah Nyai Babadan, Nyai Pakungwati, Nyai Kawunganten, Ong Tien, Nyai Lara Bagdad, serta Nyai Tepasari.

Mengingat pesan Sunan Ampel, gurunya di Surabaya yang menyuruhnya untuk berdakwah di Cirebon, Syarif Hidayatullah lantas membangun pesantren di sana. Karenanya, beliau juga dikenal sebagai Maulana Jati atau Syekh Jati oleh penduduk setempat.

Ketika Syarif Hidayatullah sedang berdakwah di daerah Pasambangan, Kabupaten Cirebon, seorang utusan dari Banten datang dan memohon kesediaannya untuk menjadi guru agama Islam di sana. Dengan izin Pangeran Cakrabuana, ia pun berangkat ke Banten bersama beberapa murid kepercayaannya.

Sepulang dari Banten, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk meneruskan takhta kepemimpinan Cirebon dengan gelar Susuhunan Jati sejak tahun 1479-1568.

Dalam berdakwah, Sunan Gunung Jati menggunakan pendekatan sosial budaya agar Islam lebih mudah diterima oleh masyarakat. 

Dengan memanfaatkan kekuasaannya sebagai Sultan Cirebon, Syarif Hidayatullah membangun beragam sarana dan prasarana untuk beribadah di wilayahnya. 

Selain itu, ia juga membangun pelabuhan untuk mempermudah berbagai urusan, mulai dari penyebaran agama Islam hingga perdagangan.

Melihat jasa Syarif Hidayatullah yang begitu besar dalam penyebaran Islam di daerah Jawa Barat, kini namanya diabadikan menjadi nama dua universitas terkemuka, yaitu Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah di daerah Tangerang Selatan, Banten serta Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati di Bandung.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top