Resensi Buku: Sepotong Kisah di Balik 98

Judul Buku: Sepotong Kisah Di Balik 98
Penulis: Ferry Herlambang, Donny M. Ramdhan, Ariyanto, Heri Widianto
Tahun Terbit: 2024
Penerbit: PT Falcon Interactive
Halaman: 491 halaman
Resentator: Diah Ayu Fadilah
Cerita Pilihan: A. Fuadi

EDUKASIA.ID - Saat mendengar tahun 98, pembaca pasti teringat pelajaran Sejarah Indonesia, ataupun saat Guru Sejarah Indonesia menjelaskan tentang kerusuhan yang terjadi pada mei 1998. Bagaimana mungkin para pembaca lupa atau merasa asing dengan tahun 1998? Tahun dimana bangsa ini diruwat agar dapat terlahir kembali, tahun yang . kelam sekaligus bersejarah bagi bangsa Indonesia.

Buku Kisah Di Balik 98 akan mengajak para pembaca melihat kisah dari sudut pandang yang berbeda mengenai peristiwa di tahun 1998. Kita akan diajak menyaksikan kisah-kisah mengenai keberanian, mimpi, dan ketegaran dalam menjalani kehidupan di tengah situasi sosial politik yang bergejolak.

Buku ini berisi empat cerita yang dipilih langsung oleh A. Fuadi. Dalam buku ini, penulis pertama menggambarkan situasi bangsa melalui sudut pandang benda-benda. Terdapat akar randu, debu, dan peluru yang menjadi saksi bisu tentang bagaimana bangsa ini lahir, bagaimana sistem bangsa ini dibentuk, dan tentang orang-orang tak bersalah dilenyapkan.

“Aku membuat lubang kecil di punggung kiri lelaki itu, berputar, lalu membuat lubang besar di bagian dada. Lelaki itu melenguh pelan di sela napasnya sebelum jatuh terjerembap menimpa batu nisan.” Begitulah kesakisan Peluru pada halaman 43.

“Aku telah berada di sini di tepi Brantas sejak lama, menjadi saksi banyak peristiwa. Mulai dari lalu lalang sampan nelayan, muda-mudi yang kasmaran, tumpukan jasad korban pembantaian, hingga maling-maling yang mencari jalan selamat di aliran besarnya.” Kesaksian Debu, di tepi sungai Brantas, pada halaman 74.

Penulis kedua, dalam Buku Sepotong Kisah Di Balik 98 berkisah tentang seorang anak SD yang berhasil membongkar tabiat mengerikan seorang oknum Perwira. 

Namun segala upaya dan kebusukan tetaplah memiliki celah. Seperti kata pepatah "sepandai-pandainya tupai melompat, maka jatuh jua". 

Dalam cerita ketiga pada Sepotong Kisah Di Balik 98, penulis mengajak kita untuk melihat kondisi kerusuhan yang terjadi pada tahun 1998. Lewat lensa seorang Jurnalis, Kamis 14 Mei 1998 digambarkan penuh dengan kemelut merah dan hitam. Api membumbung, asap mengepul tinggi, kerusakan, penjarahan, aksi demonstrasi, dan tak sedikit memakan korban jiwa. 

Pada cerita keempat, penulis mengisahkan sepotong kisah di balik 98 tentang diskriminasi ras. Penulis dapat membalut sejarah kelam tahun 98 disertai bumbu-bumbu ala remaja yang menarik. 

Diskriminasi, hingga aksi penjarahan terhadap keturunan Tionghoa juga diceritakan dalam buku ini. Bahkan penggambaran rasa traumatik korban pun diceritakan dengan sangat baik.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top