Penulis: Mg. Agustin Fajariah Asih
EDUKASIA.ID - Tari Wayang Topeng Malangan, salah satu warisan budaya khas Malang, Jawa Timur, kini tengah menghadapi tantangan besar. Masuknya budaya asing telah mempengaruhi minat masyarakat terhadap tarian tradisional ini, khususnya di kalangan generasi muda.
Banyak pemuda yang lebih tertarik dengan budaya modern ketimbang kesenian lokal, sehingga Wayang Topeng Malangan berpotensi hilang jika tidak dilestarikan dengan baik.
Tri Handoyo, putra dari Mbah Karimoen yang merupakan maestro Wayang Topeng Malangan, menyampaikan keprihatinannya.
“Minat generasi muda untuk belajar dan melestarikan Wayang Topeng sangat minim. Banyak yang menganggap kesenian ini sudah ketinggalan zaman,” ungkapnya.
Menurutnya, kurangnya fasilitas dan dukungan dari pemerintah turut memperparah kondisi ini.
Meski demikian, beberapa komunitas seni di Malang tetap berusaha mempertahankan warisan budaya ini.
“Kami terus mengadakan pertunjukan dan pelatihan di Sanggar Asmorobangun, meskipun fasilitas yang kami miliki sangat terbatas,” ujar Handoyo.
Sanggar ini didirikan oleh Mbah Karimoen pada tahun 1931 dan menjadi pusat pelestarian Wayang Topeng Malangan di kawasan Pakisaji, Malang.
Pemerintah Kabupaten Malang diharapkan dapat memberikan perhatian lebih untuk mengembangkan fasilitas seni dan budaya lokal.
Butuh kerja sama yang kuat antara pemerintah dan masyarakat untuk menjaga agar Wayang Topeng tidak punah.
Selain itu, pengenalan tarian ini di sekolah-sekolah juga dinilai penting untuk menumbuhkan minat di kalangan generasi muda.
Meskipun tantangan besar menghantui kelangsungan Wayang Topeng Malangan, masih ada harapan jika masyarakat dan pemerintah bersama-sama bergerak untuk melestarikan warisan budaya ini.
“Kami yakin, dengan perhatian dan upaya yang tepat, Wayang Topeng bisa kembali hidup di hati masyarakat,” tambah Handoyo.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.