Penulis : Mg Eka Fitria Lusiana
EDUKASIA.ID - Aku menutup malam dengan seduhan kopi sembari membereskan seluruh ingatan tentangmu. Sebelum desir lagu “Menangis di Jalan Pulang” karya Nadin Amizah, menyeretku untuk kembali mengujungi masa lalu, tempat di mana segala ingatanmu bersemayam.
Aku memaknai lagu
ini sebagai bagian dari perpisahan serta mengenang pertemuan terakhir kita,
kala itu. Lagu pilu yang membuatku terkesima pada setiap bait yang terlukis.
Lagu dan serapah terdengar di mobilmu
Saling mencekik, mencerna kata makian
Ingatanmu telah menjamur bersama dengan
percakapan-percakapan kita yang terekam jelas. Saling menyalahkan, saling
melempar kata yang tak pantas. Sama-sama saling menghakimi satu sama lain.
Di perjalanan itu, sunyi berubah menjadi sendu yang
saling berpelukan. Menorehkan tangis dan sepenggal ingatan tentang kita yang
saling mengucap perpisahan dalam diam.
Jangan, jangan ucap kata itu lagi
Jangan lupa, kita saling mencintai
Dan kemudian, Kita saling mengalihkan pandang, seolah
sedang berpikir, apa yang sebenarnya sedang kita ributkan?
Di detik berikutnya kita hanya membisu, berusaha
menemukan jawaban atas pertanyaan, hingga lupa bahwa sebelumnya kita tak pernah
mempertanyakan, “Apa alasan kita saling mencintai?”.
Lagu-lagu itu berdesir bagai sayatan luka yang semakin
perih.
Dan Senayan menjadi saksi
Bodoh dan sayang, hancur lebur kita terjadi
Kita menangis di perjalanan pulang
Mencari jalan tak pernah sampai tujuan
Terlanjur hangus, terburai, dan berantakan
Jalanan itu menjadi saksi atas pertengkaran kita yang
tak kunjung menemui titik temu. Kita gagal untuk saling memaafkan. Aku
terlanjur tersesat, dan pulang tanpamu. Malam turut menemani serta menyamarkan
tangisku. Lantas kau beranjak pergi tanpa berbekal senyumku, tanpa lambaian
tangan manis menutup harimu. Kita telah hancur lebur. Kita kalah menunda
perpisahan itu.
Saling cela, saling luka
Lupa apa arti kata cinta
Bunyi-bunyi menyeramkan yang keluar dari mulutmu
menjadi racun yang terus kubawa dalam langkah pulang itu. Kita lupa bahwa
memaafkan dan memperbaiki adalah bagian dari cinta yang tak pernah kita
pelajari. Dua hal itu adalah bab yang kita lewati. Padahal, aku tak pernah
terlepas membaca matamu, dan kau melewatkan membaca perasaanku.
Sudah lelah, sudah muak
Badai kita takkan kunjung reda
Ataukah kita sedang tersesat bersama? menempuh perjalanan panjang tanpa saling mengingatkan untuk beristirahat sebentar? Bahkan sekadar mendengar cerita mengenai hari yang melelahkan. Barangkali kita terlalu bosan untuk terus bercanda mengenai perasaan. Kita saling menyalahkan, pun tak ada yang mau mengalah, hingga kemudian kita terurai dan berantakan di kemudian.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.