Kisah Pengabdian Abd. Sjahad, Guru yang Menginspirasi hingga Akhir Hayat

Guru inspiratif, Abd. Sjahad, bersama dua saudarinya. Foto ist

EDUKASIA.ID - Abd. Sjahad, seorang guru dari Pilanggede, Balen Bojonegoro, dikenal karena pengabdian sosialnya yang luar biasa terhadap masyarakat. 

Banyak yang mengakui dedikasinya, mulai dari keluarga, tetangga, hingga loper koran yang sering berinteraksi dengannya.

Pak Syahad, begitu ia biasa dipanggil, lahir dari pasangan Ruqayah dan Sakijan pada Ahad Pon, 5 Desember 1954 (10 Rabiul Akhir 1374). 

Masa kecilnya diisi dengan aktivitas khas anak-anak desa di tepi Sungai Bengawan Solo, termasuk menggembala kambing. Dikenal sangat sopan karena selalu menggunakan bahasa Jawa krama pada siapa saja termasuk pada anak-anak, semangat belajarnya dan bantuannya kepada orang tua terlihat sejak usia dini. 

Pendidikan dan Pengembangan Diri

Anak kelima dari tujuh bersaudar itu menempuh pendidikan dasarnya di MI Kedungdowo dan melanjutkan pendidikan menengah di pondok pesantren Attanwir Talun selama 4 tahun. Ia kemudian menyelesaikan pendidikannya di PGA. 

Selain pendidikan formal, ia juga mempelajari pengajian dan seni baca Al-Qur'an atau qiro'ah, bakat yang kemudian ia wariskan kepada anak-anak dan tetangganya.

Menurut adiknya, Nurhayati, Pak Syahad sangat bersemangat untuk bersekolah. Meski orang tuanya memberinya uang saku untuk naik mobil, ia lebih memilih bersepeda ke sekolah dan menabung uang sakunya. 

"Diberi saku untuk naik mobil, tapi tetap memilih naik sepeda," ujar Nurhayati, menunjukkan hematnya dan komitmen terhadap pendidikan sejak kecil.

Kehidupan Rumah Tangga dan Anak-anak

Mantan kepala sekolah di salah satu SD Negeri darah Kapas Bojonegoro itu menikah pada tahun 1982 dengan Ummu Kulsum, putri dari Dimo, dan dikaruniai tiga anak. Ketiga anaknya kini meneruskan perjuangan ayahnya dalam dunia pendidikan, dengan menjadi dosen dan pendidik. 

Pernah selama beberapa tahun secara sendirian mengasuh dan mendidik ketiga anak-anaknya yang masih usia sekolah, saat kondisi ekonomi keluarganya yang terpuruk, sehingga terpaksa sang istri membantu mencari nafkah ke Malaysia.

Pak Syahad sangat menekankan pentingnya pendidikan agama, mewajibkan anak-anaknya mengaji tiga kali sehari: pagi, siang, dan malam. 

Berkat itulah, dua anaknya kini berprofesi sebagai PNS, dan dua dari tiga anaknya juga telah hafal Al-Qur'an, hasil dari pendidikan yang kuat dan disiplin yang ia tanamkan.

Kecintaan Terhadap Pendidikan dan Seni

Kecintaan Pak Syahad pada pendidikan pendidikan sangat kuat, terbukti dari banyaknya buku yang ia miliki di rumah. Ia selalu mendorong anak-anaknya untuk meraih pendidikan setinggi mungkin. 

Selain kecerdasan akademis, sosok yang selalu mengakhiri pertemuan para tamu yang berkunjung ke rumahnya dengan berdoa bersama itu juga menyeimbangkan pendidikan dengan aktivitas seni, seperti bernyanyi lagu Islami, qiraah, dan seni menulis indah.

Pak Syahad semasa hidupnya gemar bercengkerama dengan keluarga. Foto ist

Ia bahkan memperhatikan kesehatan fisik anak-anaknya dengan mengajak mereka senam seminggu sekali, membuktikan bahwa ia benar-benar menerapkan teori pendidikan holistik dalam keluarganya.

Kiprah di Bidang Keagamaan dan Sosial

Kiprah pada keagamaan dan sosial Pak Syahad tak diragukan, ia juga aktif dalam kegiatan keagamaan. Ia sering mengisi khutbah Jumat di masjid desa dan kadang di desa lain. Selain itu, ia juga kerap membantu tetangga saat mereka mengadakan acara dan mengajar kursus kilat qiraah setiap bulan Ramadan.

Setelah pensiun, pria yang seslalu mengawali pembicaraan dengan prolog 'nyuwun sewu' itu tak pernah berhenti mengajar. Setiap pagi setelah shalat Subuh, ia mendampingi anak-anak mengaji di Musala Al-Mujahidin. 

Menurut adiknya, ia sangat menghargai silaturrahim dan selalu berbicara dalam bahasa krama, baik kepada anak-anak maupun orang dewasa. 

"Siapa saja diajak berbahasa krama, tak peduli anak kecil atau orang dewasa," kata Nurhayati, menyoroti rasa hormat dan kerendahan hatinya.

Sosok yang tak pernah segan bersapa meski pada orang yang baru dikenal itu sangat ringan tangan, sering membantu orang-orang yang sakit dengan mengantarkan mereka ke rumah sakit. 

Bahkan, ia tak segan-segan menawarkan tumpangan kepada siapa saja yang berjalan kaki, terutama orang tua, meskipun ia tidak mengenalnya.

Kesederhanaan dan Kerendahan Hati

Meski berstatus guru PNS, Pak Syahad menjalani hidup dengan kesederhanaan. Ketika rekan-rekannya yang sesama PNS sudah membangun rumah tembok, ia lebih memilih untuk mendahulukan pendidikan anak-anaknya. 

Sosok yang tahan berlama-lama saat berilaturahim ke keluarga dan tetangganya itu juga gemar bersedekah, terutama kepada para muridnya.

Nurhayati menambahkan bahwa Pak Syahad selalu menawari siapa pun yang berjalan kaki untuk naik motor bersamanya. 

"Siapa saja ditawari naik motor, meski gak kenal," tuturnya, menunjukkan kebaikan dan kepedulian Pak Syahad terhadap sesama.

Akhir Hayat dan Pengabdian Terakhir

Pak Syahad wafat pada Ahad Kliwon, 13 Juni 2021 (2 Zulkaidah 1442) pukul 03.35 WIB di RS Aisyiyah Bojonegoro. Jenazahnya dimakamkan di TPU Desa Pilanggede. 

Meskipun belum sempat menunaikan ibadah haji, kewajibannya dibadalkan oleh H. Abdul Hadi bin Rusman pada tahun 2022, dengan pelaksanaan wukuf pada 9 Zulhijjah 1443 (8 Juli 2022).

Saat pemakaman berlangsung, sebelum para pelayat pulang, ada seorang pria yang terlihat berzikir sambil terisak di makam Pak Syahad. 

Keluarga yang masih berada di tempat merasa penasaran, karena pria tersebut bukan anggota keluarga, namun berlama-lama berdoa di pusara. 

Setelah selesai, pria itu ditanya siapa dirinya. Ternyata, ia adalah loper koran yang sering berinteraksi dengan Pak Syahad semasa hidup. Ia merasa sangat kehilangan sosok yang selalu bersikap sopan dan menghargainya dalam kesehariannya sebagai loper koran.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top