Makam Kyai Gunomrico, Nyai Secawisa dan Nyai Gandarasa. Foto: M. Yaser Arafat
Penulis:
M. Yaser Arafat,
(Peneliti makam-makam kuno, tinggal di Yogyakarta)
M. Yaser Arafat,
(Peneliti makam-makam kuno, tinggal di Yogyakarta)
EDUKASIA.ID - Makamnya terletak di dalam Pasareyan Mrican, Giwangan. Sekira 20 tahun lalu, makam ini bersama makam leluhur masyarakat Mrican lainnya berada di area persawahan. Seiring dengan pembangunan Terminal Giwangan, pasarean ini terkena imbas. Tapi tidak dipindah, melainkan tetap berada di sana, namun, harus melewati jalan terowongan bawah terminal.
Dilihat dari bentuk nisannya, Kyai Gunomrico diperkirakan merupakan tokoh dari abad ke-16 atau tahun 1500-an. Hanya saja, kondisi nisan mustakanya telah rompal. Bagian kaki nisan mustaka itu telah dicor dan menyatu dengan kijing cor-coran baru. Sedangkan nisan kaki makamnya masih cukup utuh, meskipun bagian kakinya juga telah dicor menyatu dengan kijing cor-coran.
Di luar cungkup Kyai Gunomrico juga terdapat satu makam yang memiliki Nisan Hanyakrakusuman Alit di bagian kaki, dan Nisan Hanyakrakusuman Ageng di bagian mustaka. Sepertinya makam ini "memanfaatkan" nisan tua yang terbengkalai di pasarean ini. Selain itu juga ada kijing sepuh di selatannya yang telah tidak memiliki nisan lagi.
Diperkirakan Kyai Gunomrico termasuk menjadi bagian dari para pemula-buka tlatah Mataram Islam bersama dengan Kyai Ageng Pamanahan, Panembahan Senopati, Kyai Ageng Selokrama, Kyai Ageng Jarak, Kyai Ageng Karanglo, Nyai Mlati dan para pendahulu lainnya.
Jika dilihat dari tradisi penamaan seorang tokoh di tlatah Mataram Islam, nama "Gunomrico" menunjukkan bahwa beliau memiliki tugas-keahlian di dalam bidang masak-memasak dan juga pengolahan ramuan jejamuan pada masa itu. Di dalam cerita masyarakat, Kyai Gunomrico masyhur disebut sebagai ahli kanuragan yang mengawal atau menjadi "pimpinan" pasar Kotagedhe.
Sebagai informasi, dalam sejarah Mataram Islam Kotagedhe, ada dua tokoh tukang masak dan "tester racun makanan" para Raja yang dimakamkan di Astana Agung Kotagedhe, yaitu Nyai Secowiso dan Nyai Gondoroso. Keduanya dimakamkan di depan pintu masuk tajug utama Pasareyan Astana Agung Kotagedhe, tepatnya makam bernomor 78 & 79.
Nyai Secowiso berdasarkan keahliannya, ditugaskan untuk menawar "racun" yang diperkirakan berada di setiap makanan sang raja. Ia juga bertanggungjawab untuk menjamin keselamatan hidangan para raja dari segala hal-hal buruk yang dapat merusak kesehatan. Sedangkan Nyai Gondoroso bertugas untuk memasak, meracik bumbu, dan menyajikan makanan terbaik untuk raja dan keluarganya.
Wallahu a'lam.
Semoga Kyai Gunomrico, Nyai Secawiso, Nyai Gondoroso, ahli kubur muslimin-muslimat yang dimakamkan di pasarean ini, serta para pembuat kijing-nisan sepuh di pasarean ini diampuni oleh Allah swt, disyafaati oleh Kanjeng Rasulullah saw, dijauhkan dari fitnah kubur, dan dimasukkan ke dalam surga.
Linnabi walahumul Fatihah...
Shollallahu ngala Muhammad...
Salamun ngalaikum thibtum ya Ahla Mataram...!
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.