Pondok Perak Jombang: Pesantren Tahfidz Tua yang 'Terjaga' Kiai Sepuh

KH. Ahmad Masduqi Abdurrohman, pengasuh Pondok Perak memeluk ketua umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf  saat Puncak Peringatan Satu Abad NU di GOR Delta Sidoarjo. Foto Duta.co 

EDUKASIA.ID - Di tengah pesatnya arus modernisasi, Pondok Pesantren Putra Putri Roudhotu Tahfidzil Qur’an Perak Jombang berdiri teguh dengan misi mulianya: mencetak generasi Qur'ani yang tidak hanya hafal Al-Qur'an, tetapi juga tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. 

Pondok pesantren tahfidz Qur’an yang dikenal dengan ‘Pondok Perak’ tersebut didirikan pada tahun 1965 oleh Kiai sepuh KH. Ahmad Masduqi Abdurrohman, saat ini Pondok Perak menjadi salah satu pesantren tertua dan terkemuka di Jawa Timur, telah melahirkan banyak santri penghafal Qur'an tersebar di berbagai pelosok Nusantara.

Di Pondok Perak, pengajian kitab Tafsir Al-Ibriz diadakan secara rutin setiap Jumat pagi. Kegiatan ini telah dilaksanakan dengan konsisten sejak tahun 1967 dan menarik peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur.

Tanamkan Nilai-Nilai Qur'ani dari Sebuah Musholla

Sejarah Pondok Perak dimulai dari sebuah musholla sederhana yang didirikan oleh KH. Ahmad Masduqi, setelah ulama yang akrab disapa 'Kiai Masduqi' itu menyelesaikan pendidikannya dari berbagai pesantren ternama di Indonesia. 

Antusiasme masyarakat sekitar dan kedatangan santri dari berbagai daerah menjadi pendorong utama perkembangan pesantren ini. Gubuk-gubuk sederhana yang dulu digunakan sebagai tempat beristirahat para santri, kini telah berkembang menjadi kompleks pendidikan yang luas dan modern.

Pondok Perak saat ini mengelola berbagai unit pendidikan yang mencakup berbagai jenjang, mulai dari Madrasah Tahfidzil Qur'an, Madrasah Diniyah, hingga sekolah umum seperti TK, SD, SMP, hingga SMK. Pesantren ini juga aktif dalam kegiatan sosial-keagamaan, termasuk majelis taklim, bimbingan haji dan umroh, serta pengelolaan koperasi pesantren.

Posisi Geografis yang Strategis

Berlokasi di Dusun Perak, Desa Perak, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, Pondok Perak terletak di area yang sangat strategis. Bangunan Pondok Perak berada di sebelah pasar Perak Jombang, tepatnya di sisi barat.

Dengan akses yang mudah dari berbagai arah, termasuk dari pintu keluar tol Bandar/Kertosono, serta letaknya yang berada di jalur utama jalan Raya Surabaya - Solo, memudahkan orangtua santri untuk mengunjungi anak-anak mereka yang sedang menuntut ilmu di pesantren ini.

Pondok Perak tidak hanya dikenal oleh masyarakat sekitar, tetapi juga menjadi rujukan bagi orang tua dari berbagai daerah yang ingin anak-anak mereka mendapatkan pendidikan Qur'ani yang berkualitas.

Menerapkan Prinsip dalam Era Globalisasi

Menghadapi tantangan zaman yang terus berubah, Pondok Perak tetap teguh memegang prinsip "Al Muhafadzotu Alal Qodimis Sholih Wal Akhdzu Bil Jadidil Aslah", yang berarti menjaga tradisi yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. 

Suasana ujian Qur'an bagi para santri. Foto Youtube Pondok Perak

Prinsip ini menjadi landasan bagi pesantren dalam beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan berbagai aspek kehidupan lainnya, tanpa meninggalkan nilai-nilai fundamental yang telah diajarkan selama bertahun-tahun.

KH. Ahmad Masduqi Abdurrohman, kiai sepuh pengasuh Pondok Perak

Pendiri Pondok Perak, KH Ahmad Masduqi Abdurrohman, saat ini masih ‘menjaga’ atau mengasuh pesantren. Kiai kharismatik yang kerap dipanggil ‘Kiai Masduqi’ adalah sosok kiai sepuh yang telah mengabdikan hidupnya untuk mendaras dan menjaga Al-Qur'an. 

Sejak berdirinya pesantren pada tahun 1965, kiai Kiai yang dilahirkan di Dusun Ponggok, Desa Banjarsari, Kecamatan Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang itu telah menjadi teladan bagi para santri dalam hal ketakwaan, kesederhanaan, dan dedikasi terhadap pendidikan agama.

Anak kelima dari delapan bersaudara, putra dari pasangan KH Abdurrahman Bahri dan Nyai Dewi Maryam itu sejak kecil sudah menunjukkan kecintaannya terhadap ilmu agama.

Pendidikan agamanya dimulai di bawah bimbingan ayahnya, KH Abdurrahman Bahri. Kemudian, beliau belajar Al-Qur'an kepada Kiai Munawir dari Pedes, Kecamatan Perak. Melihat bakat dan semangat Masduqi muda, Kiai Munawir merekomendasikan beliau untuk melanjutkan pendidikan kepada KH Dahlan Kholil, seorang ahli Al-Qur'an dari Pondok Pesantren Darul Ulum (PPDU) Rejoso, Kecamatan Peterongan, Jombang.

Dengan semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu agama, Masduqi muda melanjutkan pengembaraan ilmunya ke berbagai pesantren. Setelah dari Pesantren Rejoso, putra dari KH Abdurrahman Bahri dan Nyai Dewi Maryam ini menimba ilmu di Pesantren Assaidiyah, Sampang, Madura, di bawah bimbingan R KH Mohammad Said Ismail, yang dikenal telah hafal Al-Qur'an sejak usia 10 tahun.

Saat menuntut ilmu di Pondok Pesantren Sampang, Kiai Masduqi seangkatan dengan Mbah Mangli Magelang (almarhum KH Hasan Asya’ri). Setelah itu, beliau melanjutkan studi di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dan juga pernah menuntut ilmu di KH Umar Zahid Semelo. Kemudian, pada tahun 1965, beliau mendirikan Pondok Pesantren Perak.

Kiai Rendah Hati, dicium tangannya oleh ketua PBNU

Kisah KH. Masduqi sempat viral di media sosial, saat situasi yang menggambarkan karakter beliau yang rendah hati dan ikhlas. Dalam sebuah acara Puncak Peringatan Satu Abad NU di GOR Delta Sidoarjo, 

Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), tuan rumah acara besar tersebut melihat kiai sepuh ini menggelar serban dan berdzikir di lorong GOR, Gus Yahya lalu datang menghampiri untuk memberikan penghormatan kepada kiai tersebut.

Meski dihadapkan dengan Gus Yahya, Kiai Masduqi tetap bersikap polos dan rendah hati. Saat Gus Yahya mendekat untuk menyapa, KH. Masduqi dengan polos bertanya, "Sampeyan sinten? (Anda siapa?) Daleme pundi? (Rumahnya mana?)?" 

Dengan penuh hormat, Gus Yahya menjawab, "Kula Yahya, Kiai. Saking Rembang. (Saya Yahya, Kiai. Dari Rembang)."

Setelah mendengar jawaban tersebut, Kiai Masduqi tampaknya baru menyadari bahwa yang sedang menghormatinya adalah tuan rumah acara besar itu. Kiai Masduqi kemudian tersenyum dan memeluk Gus Yahya, menunjukkan akhlak mulia yang diajarkan di pesantren.

Para saksi mata yang melihat kejadian itu tentu merasa terharu, begitu pula mereka yang menonton video tersebut. 

Mengawal Generasi Qur’ani Bermasa Depan Cerah

Dalam perjalanan panjangnya, Pondok Perak telah membuktikan dirinya sebagai lembaga yang tidak hanya menjaga warisan tradisi Islam, tetapi juga siap menghadapi masa depan. Dengan pendekatan pendidikan yang holistik, pesantren ini terus berusaha membangun generasi Qur'ani yang berkarakter inovatif dan mandiri, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemaslahatan umat di masa depan.

Pesantren ini bukan hanya tempat belajar, tetapi juga menjadi benteng moral dan spiritual di tengah arus modernisasi yang deras. Pondok Perak adalah bukti nyata bahwa tradisi dan modernitas bisa berjalan beriringan, membentuk generasi yang tidak hanya paham agama tetapi juga siap menjawab tantangan zaman.

Dengan semangat kepemimpinan dari KH. Ahmad Masduqi Abdurrohman dan komitmen untuk terus berinovasi tanpa mengabaikan nilai-nilai dasar, Pondok Perak diharapkan tetap menjadi mercusuar pendidikan Islam yang menghasilkan ulama-ulama dan pemimpin-pemimpin masa depan yang berakhlak mulia dan berdaya saing tinggi.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top