Kisah Sukses Direktur Ajinomoto, Skripsinya Pernah Dilempar di Depan Mata

0
Sosok inspiratif direktur Ajinomoto, Satria Gentur Pinandita. Foto UGM.

EDUKASIA.ID - Banyak kisah sukses pribadi inspiratif, rata-rata dilalui dengan lika-liku. Satria Gentur Pinandita misalnya, direktur Ajinomoto Indonesia itu pernah mengalami kejadian yang tak terlupakan saat studinya di Universitas Gadjah Mada (UGM), yakni skripsinya dilempar oleh dosen.

Beberapa kali skripsinya mendapatkan teguran dari dosen, bahkan menurutnya, skripsinya yang kurang bagus tersebut pernah dilempar di depan mata. 

Alih-alih membuatnya sedih, pengalaman pelemparan skripsi itu ternyata juga memotivasi Satria untuk terus belajar. 

Ketika sudah memasuki jenjang karir, Satria justru tertawa ketika membaca skripsinya dulu. “Yo ternyata uwelek. Kok ngene ya garapanku dewe? (Ya ternyata jelek, kok seperti ini ya kerjaanku sendiri?). Saya kira itu adalah pendidikan mental, bahwa kamu harus kuat,” ucapnya, dilansir dari laman UGM.

Ketua Umum Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA) Jawa Timur Periode 2024-2029 itu mengaku bukanlah mahasiswa yang unggul dalam akademik.

Satria merupakan alumni Fakultas Teknologi pertanian UGM. “Sejak mulai sekolah, saya pindah ke Yogyakarta. Saya dulu di UGM mengambil Teknologi Pangan (Fakultas Teknologi Pertanian). Tepatnya angkatan ‘89, dan lulus tahun ‘93. Baru setelah itu bekerja di Ajinomoto,” jelas Satria.

Pria kelahiran Solo, 24 September 1968, itu dibesarkan dari keluarga pedagang batik di Pasar Beringharjo. 

Belajar kultur perusahaan Jepang

Awal karirnya tidak langsung berjalan mulus sebagai lulusan sarjana. Menurutnya, ada hal menarik ketika memulai karir di perusahaan Jepang seperti Ajinomoto. 

Kultur perusahaan Jepang menganut sistem Long Life Employment atau pekerja jangka panjang. Perusahaan sangat menghargai loyalitas karyawan yang telah bekerja bertahun-tahun. 

Setiap karyawan juga dilatih untuk memahami langsung kondisi lapangan, bahkan hingga tingkat manajerial.

“Saya dulu diajarkan untuk tidak malu-malu terjun ke bawah. Justru kalau kita tidak mengenal lapangan, ada laporan masuk kita tidak paham,” tutur Satria.

Ia menceritakan bagaimana dirinya ikut membersihkan pabrik ketika training dan berpindah-pindah cabang perusahaan. Perlahan tapi pasti, karirnya semakin menaik karena ketekunan dan sikap disiplin yang ia terapkan.

Selain tingkat layoff rendah, perusahaan Jepang juga menerapkan kerja berkelompok. Dijelaskan Satria, sistem kerjanya berbasis kelompok. Setiap pekerjaan diserahkan pada kelompok kerja dan dinilai sebagai hasil kelompok.

 Ada beberapa orang yang cocok dengan sistem kerja seperti ini, namun ada juga yang lebih cocok di perusahaan Eropa dan Amerika yang cenderung mengacu pada kompetensi individu.  

“Hampir seluruh perusahaan Jepang seperti itu. Penting juga untuk memperhatikan adaptabilitas perusahaan, karena zaman cepat berubah. Bukan perusahaan kuat yang bertahan, tapi perusahaan adaptif,” jelas Satria.

Ia menambahkan, kemampuan adaptabilitas juga harus dimiliki oleh individu. Seseorang harus mampu berubah setelah melihat peluang dan tantangan zaman.

Ketika ditanya soal harapannya untuk UGM, Satria menginginkan hal yang sama. UGM sebagai universitas harus bisa beradaptasi dengan perubahan. Pengembangan ilmu pengetahuan semakin pesat dengan adanya kemajuan teknologi. Karenanya, UGM bisa berfokus untuk membentuk lulusan tepat sesuai dengan nilai yang dimiliki. 

“Semoga UGM dan mahasiswanya itu bisa beradaptasi dengan kondisi dunia saat ini. Universitas harus memikirkan lulusannya seperti apa 10-15 tahun ke depan,” pungkasnya.

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)
Pixy Newspaper 11

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top