Resensi: Menilik Ancaman yang Mengintai Jurnalis

Cover buku Jurnalis dan Ancaman. (Foto: iPusnas).

Penulis: Mg Siti Nurhaliza Safitri

Identitas Buku:

Judul: Jurnalis dan Ancaman Seri I

Tim Penyusun: Pusat Data dan Analisa Tempo

Penerbit: TEMPO Publishing

Tahun Terbit: 2019

ISBN: 978-623-207-858-1

Jumlah Halaman: 119

EDUKASIA.ID - Menjadi jurnalis memang bukanlah pekerjaan mudah, sebagaimana yang telah diceritakan dalam buku “Jurnalis dan Ancaman”. Buku ini merupakan kumpulan kisah realita praktek jurnalistik di Indonesia yang telah diringkas oleh Pusat Data dan Analisa Tempo. Melalui sembilan kisah yang disajikan, kita akan semakin yakin bahwa jurnalis selalu dikelilingi oleh ancaman dari waktu ke waktu.

Tahun 1975, beberapa wartawan majalah menjadi korban pemukulan oleh narasumber yang tidak suka hubungan asmaranya ditulis oleh mereka. Tertulis bahwa narasumber, Rio Tambunan pernah menghabisi para wartawan di sasana tinjunya, disaksikan oleh para juniornya. Salah satu korban, Derek Manangka dipaksa untuk menandatangani surat permintaan maaf untuk Rio beserta keluarganya karena ia merasa keluarganya juga telah dirugikan akibat para wartawan. Derek bahkan harus dioperasi akibat pukulan yang mengenai bibirnya. Biarpun sudah dilaporkan pada pihak berwenang, penegakan hukum terhadap wartawan yang dianiaya sulit untuk ditindak lanjuti.

Beberapa tahun kemudian, seorang wartawan harian Sinar Pembangunan, Irham Nasution meninggal akibat disiram cuka. Korban rupanya terkenal dengan sifatnya yang berani dalam memberitakan kasus penyelewengan dan penyelundupan di sekitarnya. Menurut temannya, Irham kerap kali memberitakan oknum yang kebetulan tidak disukainya. Hal ini yang membuat motif pembunuhan Irham tidak jelas, walau ada beberapa orang yang diduga sengaja membunuhnya karena usaha gelapnya terusik.

Tak hanya itu, menurut data AJI tahun 2000, rupanya 50 persen pelaku kekerasan terhadap wartawan adalah militer dan aparat pemerintah, sisanya masyarakat. Wartawan Jawa Pos, Djoko Heru Setiawan dikeroyok lima polisi ketika sedang meliput peristiwa unjuk rasa oleh ratusan penduduk Desa Bulu, Jawa Timur. Wartawan mingguan Merapi, Eri Satria pernah diancam dan dimaki-maki oleh Wakil Ketua DPRD II Solok, Erman Djamal setelah menulis ungkapan Erman yang berbunyi, “Babi pun bisa jadi wali kota asal berkualitas.” Sementara Wartawan Majalah “Tema”, Doddy Anto dianiaya oleh Manajer Matahari Department Store, Suheri saat ia tengah melakukan investigasi atas barang-barang kadaluarsa di Matahari Plaza Citra, Riau.

Dari sejumlah laporan yang masuk ke meja Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada waktu itu, H.M. Soegeng Widjaja menyimpulkan bahwa profesi dan citra wartawan yang belum jelas di kalangan masyarakat merupakan salah satu penyebab terjadinya intimidasi terhadap jurnalis. Saat itu, ternyata tidak semua wartawan memiliki kartu pers, sehingga Soegeng mewajibkan para wartawan untuk memiliki kartu anggota PWI.

Kelebihan:

Buku yang dapat dibaca melalui aplikasi iPusnas ini menawarkan fakta menyedihkan bahwa perjuangan seorang jurnalis seringkali diikuti dengan kejadian tragis, bahkan tak jarang hingga merenggut nyawa. Buku ini dapat dibaca dalam sekali duduk karena selain halamannya yang singkat, kisah ini ditulis dengan pendekatan naratif yang membuatnya semakin menarik untuk dibaca. Kisah para jurnalis yang jarang diketahui atau mungkin telah dilupakan oleh publik di masa kini, menjadikannya sebuah nilai tambah yang dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai nasib pahit para wartawan.

Kekurangan:

Karena merupakan kumpulan cerita pendek, banyak kesalahan penulisan yang dapat ditemukan dalam buku ini. Gaya bahasa yang digunakan juga kurang dapat dimengerti oleh anak muda zaman sekarang. Selain itu, layout buku terkesan berantakan, sehingga dapat mengganggu kenyamanan dalam membaca.

Kesimpulan:

Buku ini cocok untuk pembaca yang ingin mengetahui sejarah kelam di balik profesi jurnalis. Dengan tidak melupakan peristiwa yang pernah menimpa insan pers di masa lalu, maka pembaca dapat lebih menghargai sekaligus bersyukur dengan kondisi dunia jurnalisme saat ini.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top