Opini: Carut Marut Dunia Pendidikan, Apa yang Bisa Diperbaiki?

Ilustrasi banyak masalah pendidikan. Foto. Pinterest

Opini oleh Agustin Fajariah Asih

EDUKASIA.ID - Dunia pendidikan kita saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan yang membuat banyak orang mempertanyakan tujuan utamanya. Pendidikan seharusnya tidak hanya sekadar menjadi jalan untuk mendapatkan ijazah atau formalitas akademis. Menurut sebuah studi oleh Harvard Graduate School of Education (2020), pembelajaran yang melibatkan interaksi langsung antara siswa, seperti diskusi dan kolaborasi, berkontribusi signifikan dalam meningkatkan pemahaman konsep serta kemampuan berpikir kritis. Namun, kenyataannya, banyak yang hanya mengejar nilai dan gelar tanpa memaksimalkan kesempatan belajar yang sebenarnya, yang seharusnya menciptakan individu yang lebih berpikir secara mendalam dan kritis.

Kualitas Layanan Pendidikan Swasta vs Negeri

Salah satu hal yang menarik adalah bahwa sering kali layanan pendidikan di lembaga swasta lebih baik dibandingkan di sekolah atau kampus negeri. Berdasarkan data dari Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Indonesia (2021), banyak sekolah dan kampus swasta berhasil masuk dalam peringkat sekolah unggul nasional berdasarkan nilai rata-rata tes masuk perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas layanan pendidikan swasta sering kali lebih kompetitif dibandingkan sekolah negeri. Namun, tingginya biaya di sekolah swasta menyebabkan ketimpangan akses, dan pendidikan negeri perlu berbenah agar tetap kompetitif dan lebih inklusif.

Standar Seragam dan Hilangnya Keunikan Kampus

Saat ini, salah satu masalah mendasar dalam pendidikan adalah adanya alat ukur yang sama untuk semua institusi. Sebuah laporan oleh World Economic Forum (2021) menyoroti bahwa standar seragam yang diterapkan oleh berbagai negara terhadap institusi pendidikan tinggi cenderung mereduksi keunikan kampus. Di Indonesia, standar akreditasi oleh BAN-PT menggunakan indikator yang sama untuk seluruh kampus, mengakibatkan banyak kampus hanya mengikuti pola baku demi meraih peringkat tinggi tanpa memikirkan inovasi dalam kurikulum atau pengajaran. Seharusnya, kampus bisa menonjolkan kelebihan mereka masing-masing dan menciptakan identitas yang unik.
Kecakapan Intelektual sebagai Pilar Utama

Salah satu kecakapan yang harus dicapai oleh setiap mahasiswa selama masa kuliah adalah kecakapan intelektual. Ini mencakup kemampuan berbicara secara cerdas, menyampaikan pendapat dengan bobot yang tepat, serta berbicara seperlunya tentang hal-hal yang mereka benar-benar kuasai. Menurut penelitian dari Stanford University (2018), kecakapan intelektual sangat terkait dengan kesuksesan mahasiswa di dunia kerja, dengan 92% lulusan yang memiliki kecakapan ini mendapatkan pekerjaan lebih cepat. Oleh karena itu, kuliah tidak hanya soal menghafal teori, tetapi juga soal bagaimana kita bisa menggunakan pengetahuan itu secara praktis dan relevan di masa depan.

Kecakapan Emosional yang Kian Terabaikan

Selain intelektual, kecakapan emosional juga menjadi hal yang sangat penting untuk dikembangkan selama masa kuliah. Mahasiswa perlu belajar untuk peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan empati terhadap sesama. Sebuah riset oleh Yale Center for Emotional Intelligence (2019) menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kecakapan emosional yang baik cenderung memiliki hubungan yang lebih baik dengan dosen dan teman sekelas, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja mereka dalam proyek kelompok dan tugas akademis. Sayangnya, kecakapan ini sering terabaikan karena tekanan akademis yang berfokus pada nilai dan capaian formal.

Kecakapan Relasional, Kunci Membangun Hubungan yang Kuat

Kecakapan relasional atau kemampuan untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain juga menjadi aspek penting selama kuliah. Menurut LinkedIn Global Talent Trends (2020), 85% dari pekerjaan ditemukan melalui jaringan atau relasi, menegaskan pentingnya keterampilan sosial dan komunikasi. Mahasiswa yang memiliki kecakapan relasional yang baik akan lebih mudah berkolaborasi dalam tim dan membangun hubungan jangka panjang di dunia kerja. Sebaliknya, mereka yang kurang terampil dalam hubungan sosial cenderung kesulitan dalam mempertahankan hubungan profesional.

Pandangan tentang Kuliah sebagai Kesempatan Belajar

Sering kali, mahasiswa merasa bahwa kuliah adalah kewajiban yang harus dijalani, baik karena tuntutan keluarga maupun masyarakat. Padahal, jika mahasiswa memahami kuliah sebagai kesempatan belajar dan berkembang, mereka akan lebih termotivasi. Studi oleh Association of American Colleges and Universities (2018) menemukan bahwa mahasiswa yang memandang kuliah sebagai kesempatan belajar lebih sukses dalam menyelesaikan studinya. Dengan perspektif yang tepat, mahasiswa akan lebih aktif dalam mengeksplorasi ilmu dan mengembangkan diri, bukan sekadar mengejar ijazah.

Pendidikan Harus Mengarah pada Pembentukan Individu yang Utuh

Pada akhirnya, pendidikan seharusnya tidak hanya fokus pada aspek akademis. Setiap mahasiswa perlu mengembangkan diri secara utuh, meliputi kecakapan intelektual, emosional, dan relasional. Sebuah penelitian oleh UNESCO (2015) menegaskan pentingnya pendekatan pendidikan yang holistik untuk ibu menciptakan individu yang seimbang dan berdaya saing. Ketiga kecakapan ini saling melengkapi dan penting untuk keberhasilan di masa depan, baik dalam dunia kerja maupun kehidupan pribadi. Dengan pendidikan yang holistik, mahasiswa tidak hanya menjadi pintar secara akademis, tetapi juga bijak dalam menghadapi kehidupan.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top