Pendidikan Karakter Anak dalam Bingkai Islam

 

Ilustrasi anak-anak tengah bermain. (Foto: funteacherprivate.com)

Penulis: Mg Siti Nurhaliza Safitri

EDUKASIA.ID – Pendidikan karakter merupakan salah satu esensi yang akan ditanamkan oleh orang tua terhadap anaknya sejak berusia dini.

Merujuk dari buku "Pendidikan Karakter Perspektif Islam" karya Abdul Majid dan Dian Andayani, karakter diartikan sebagai watak, sifat, atau hal-hal mendasar yang tertanam dalam diri manusia.

Dalam pandangan Islam sendiri, pengembangan dan pembentukan karakter harus dimulai sedini mungkin bersamaan dengan pengenalan terhadap Allah dan agama Islam.

Pendidikan karakter dapat diklasifikasikan dalam tahap-tahap berikut:

Tauhid

Kesanggupan mengenal Allah merupakan kesanggupan paling awal dari diri manusia. Maka dari itu, pengenalan tauhid terhadap Allah harus sudah dimulai sejak anak lahir di dunia.

Diriwayatkan dari Abdur Razzak bahwa Nabi Muhammad Saw. menyukai untuk mengajarkan kalimat ‘La Ilaha Illallah’ sebanyak tujuh kali kepada setiap anak yang baru bisa berbicara.

Di sisi lain, Rasul juga sudah mencontohkan praktek salat kepada Sayyidina Ali yang masih kecil sehingga Ali tertarik untuk mengikuti rangkaian ibadah tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa orang tua berperan penting dalam menanamkan rasa cinta terhadap Allah dengan cara mencontohkan, sehingga anak akan penasaran dan mau mengikuti apa yang dilakukan oleh orangtuanya.

Adab

Pada usia 5-6 tahun, anak sudah bisa mulai untuk dididik budi pekerti, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter, seperti kejujuran, mengenal yang baik dan buruk, mengenal yang benar dan salah, serta mengenal mana yang dibolehkan serta dilarang.

Tanggung Jawab Diri

Pada rentang usia 7-8 tahun, anak sudah mulai dididik menjalankan shalat wajib lima rakaat agar mereka terlatih untuk bertanggung jawab, tertib, dan disiplin.

Selain itu, hal-hal yang terkait dengan kebutuhan sendiri sudah harus mulai dilaksanakan pada usia tersebut, seperti makan, mandi, serta berpakaian.

Caring

Setelah anak dididik mengenai tanggung jawab diri, maka pada usia 9-10 tahun anak dapat dididik untuk mulai peduli pada orang lain, terutama pada teman-temannya.

Hal ini meliputi menghormati orang yang lebih tua serta menyayangi yang lebih muda, menghormati hak-hak orang lain, bekerja sama, membantu dan menolong orang lain.

Di samping itu, nilai kepemimpinan juga tumbuh pada usia ini, sehingga anak sudah mulai bisa dilibatkan dengan nilai-nilai kepedulian dan tanggung jawab agar terbentuk jiwa kepemimpinan layaknya Rasulullah yang dipercaya untuk menggembala domba sejak usia dini.

Kemandirian

Beragam pengalaman yang telah dilalui pada usia sebelumnya akan semakin mematangkan karakter anak, sehingga dapat membawa sang anak pada kemandirian di usia 11-12 tahun.

Kemandirian ditandai dengan kesiapan dalam menerima resiko sebagai konsekuensi jika tidak menaati aturan.

Proses pendidikan ini ditandai jika pada usia 10 tahun anak belum mau shalat maka pukullah dan pisahkan tempat tidurnya dengan orang tuanya.

Pada fase kemandirian, anak telah mampu menerapkan hal-hal yang diperintahkan serta hal-hal yang dilarang sekaligus memahami konsekuensi berupa resiko jika melanggar aturan tersebut.

Bermasyarakat

Pada tahap ini, anak dipandang telah siap memasuki kehidupan bermasyarakat di usia 13 tahun ke atas.

Dalam hal ini, anak telah siap bergaul di masyarakat dengan berbekal nilai integritas dan kemampuan beradaptasi.

Sejarah telah menunjukkan ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya Ismail. Saat itu, Ismail telah mencapai usia 13 tahun di mana ia menyanggupi apa yang diperintahkan Allah melalui ayahnya.

Jika tahap-tahap pendidikan ini dapat dilakukan dengan benar, maka pada tingkat usia berikutnya akan tercipta akhlak yang baik pada sang anak.

buttons=(Accept !) days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top