Semarang. EDUKASIA.ID - Nizam sendirian menonton TV di rumah ketua RT, persis depan rumahnya.
“Nizam, itu ada tamu. Pulang!” ujar guru Nizam yang mendatanginya
Bocah 10 tahun itu pun bangkit dari lantai, bersalaman lalu bergegas lari pulang ke rumahnya menyambut tamu.
Tamu sore itu, H. Muhtasit, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kota Semarang, sedang berjalan dari mulut gang.
“Saya mau pakai sarung dulu,” pamit Nizam pada beberapa tetangga yang turut menyambut tamu khusus itu, seraya bergegas masuk ke rumahnya berubin abu-abu itu.
Sebelum Muhtasit sampai depan rumah, anak almarhumah Rukayah binti Nawawi, korban kecelakaan rem blong Ngaliyan itu telah berdiri menyambutnya dan bersarung.
Saat tiba, Muhtasit lantas mendekap Nizam. Suasana cukup hening penuh haru, saat orang nomor satu di Kantor Kementerian Agama Kota Semarang itu mendekap Yatim Piatu anak korban tragedi rem blong Ngaliyan tersebut.
Sesaat setelah masuk dan duduk, Tajudin, ketua RT setempat lantas memperkenalkan diri, pihaknyalah yang selama ini diamanahi untuk keperluan tamu dan mengurus Nizam.
“Maturnuwun atas kerawuhannya” ungkap Tajudin.
Muhtasit duduk di samping Nizam, sempat beberapa lama Kakankemenag Kota Semarang yang baru dilantik itu diam seribu bahasa, menatap siswa kelas 4 MI Miftahul Akhlaqiyah itu.
Lalu dia angkat bicara, “Nabi Muhammad menjadi yatim piatu, ditinggal wafat ibunya saat usia 6 tahun,” ujarnya setengah berbisik pada Nizam, menyemangati.
“Kamu harus sekolah! Jangan sampai tak sekolah,” pintanya pada Nizam.
Dia pun mengelus lembut kepala Nizam yang acak-acakan tanpa peci. Menanyakan kenapa ia tak pakai peci.
“Punya peci? kapan-kapan saya kesini lagi, tak ajak pergi beli peci ya!” ucap Muhtasit, diikuti anggukan dan senyuman Nizam.
“Kalau kenaikan kelas, nanti seragam minta pak kepala MI, nanti duitnya ditransfer pakai uang pribadi saya,” tukasnya pada Nizam.
Pada kepala madrasah, H. Rif'an Ulil Huda yang ikut mendampingi Muhtasit pun diberikan pesan, untuk mengingatkannya kembali jenguk Nizam pada waktu berikutnya.
“Tolong saya diingatkan, nanti entah saat masih kepala atau pindah tugas, kita jenguk lagi,” ujarnya.
Setelah beberapa lama mengobrol dengan Nizam, dan menyerahkan donasi, Muhtasit pun pamitan.
Lelaki murah senyum itu tak lekas beranjak, meski telah mengucapkan pamit, seakan tak tega meninggalkan Nizam sendirian.
Akhirnya, Muhtasit pun benar-benar hendak beranjak, lalu bersalaman dengan Nizam.
Alih-alih Nizam yang mencium tangannya, Muhtasit pun menarik pelan tangan bocah itu, seraya menciumnya.
Subhanallah, lagi-lagi suasana diliputi keharuan. Tak ada yang berkata sepatah katapun hingga Kakankemenag itu benar-benar beranjak berdiri.
Muhtasit pun berjalan keluar mulut gang, meninggalkan sunyi saat senja di rumah beratap galvalum yang pengap itu
Semangat Nizam, banyak yang memperhatikanmu!
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.