Penulis: Tim KKN Posko 22 Desa Pagerwojo UIN Walisongo Semarang
Kendal. EDUKASIA.ID - Warga Desa Pagerwojo, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah memiliki satu tradisi unik dalam mengungkapkan rasa syukur atas berkah yang diterima, dengan melaksanakan tradisi ‘Nyadran.’
Tradisi Nyadran, yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh warga tersebut, selain sebagai ungkapan rasa syukur, juga penghormatan kepada leluhur.
Tradisi ini, dari tahun ke tahun selalu menjadi momen istimewa bagi masyarakat desa Pagerwojo untuk berkumpul, berdoa, dan bersyukur bersama.
Misalnya saat Nyadran pada Jumat (1/11/2024), mulai pada pagi hari, warga berbondong-bondong menuju makam desa. Mereka berkumpul dengan membawa bunga dan berbagai perlengkapan untuk mendoakan arwah leluhur mereka.
Prosesi diawali dengan tahlilan dan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh masyarakat setempat, seraya mengirimkan doa bagi para pendahulu yang telah berjasa. Dalam suasana khidmat, seluruh warga menundukkan kepala sambil mengucapkan doa-doa yang menyejukkan hati, memohon keselamatan, dan memohon agar desa selalu diberikan kedamaian dan kemakmuran.
Setelah prosesi doa bersama, warga bergerak ke depan Masjid Al-Iman untuk melanjutkan acara syukuran dan makan bersama. Masing-masing keluarga membawa berbagai hidangan tradisional, mulai dari nasi tumpeng, opor ayam, ketan, hingga aneka jajanan khas desa.
Hidangan ini kemudian dikumpulkan dan dinikmati bersama dalam suasana kekeluargaan. Tradisi makan bersama ini bukan hanya sebagai bentuk syukur, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan gotong royong yang erat di antara warga Pagerwojo.
Pak Sabar, salah satu sesepuh desa yang mengikuti acara Nyadran, menjelaskan bahwa tradisi ini mengajarkan kepada generasi muda untuk menghormati leluhur dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan.
"Nyadran ini adalah momen yang penting bagi kami. Selain berdoa, kami mengajak anak-anak muda untuk terlibat dan mengenal akar budaya mereka, agar tidak melupakan asal-usulnya," ujar Pak Sabar.
Tradisi Nyadran juga menjadi daya tarik bagi generasi muda yang jarang memiliki kesempatan untuk mengikuti kegiatan adat seperti ini. Banyak pemuda desa yang antusias untuk berpartisipasi, ikut membantu persiapan hingga merapikan setelah acara selesai.
Menurut Bu Aisah, seorang ibu rumah tangga yang terlibat dalam persiapan, tradisi Nyadran memberikan ruang bagi semua warga, baik tua maupun muda, untuk berkontribusi dan saling membantu.
"Di sini kami bergotong royong menyiapkan acara. Ini yang membuat tradisi Nyadran terasa sangat bermakna bagi kami semua," katanya.
Tak hanya sebagai ritual keagamaan, Nyadran di Desa Pagerwojo juga membawa makna sosial yang mendalam. Selain mempererat hubungan antarwarga, acara ini menjadi kesempatan untuk memperkenalkan adat istiadat kepada generasi muda, sehingga mereka memahami pentingnya melestarikan budaya yang menjadi identitas desa.
Nyadran di Desa Pagerwojo diharapkan terus lestari dan menjadi warisan budaya yang dapat diteruskan oleh generasi berikutnya. Warga desa berharap tradisi ini dapat terus dilaksanakan setiap tahun sebagai simbol penghormatan kepada leluhur, serta sebagai sarana untuk memperkuat kebersamaan dan solidaritas antarwarga.
Dengan semangat kekeluargaan dan rasa syukur, warga Desa Pagerwojo bertekad menjaga nilai-nilai adat dan budaya yang telah diwariskan. Tradisi Nyadran menjadi bukti bahwa masyarakat Pagerwojo tetap teguh melestarikan tradisi leluhur yang kaya akan makna dan penuh kebersamaan
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.