Penulis : Lutfia Nur Hayati, Praktisi Terapi Disleksia Griya Baca Pelangi Sukoharjo.
Surakarta. EDUKASIA.ID - Dalam rangka menyambut Bulan Kesadaran Disleksia yang jatuh setiap Oktober, Griya Baca Pelangi Lembaga Terapi Disleksia bekerja sama dengan Lembaga Psikologi Anava Surakarta menggelar seminar parenting yang bertajuk “Membersamai Disleksiaku: Seminar Parenting Tawarkan Pendekatan Dini yang Tepat,” belum lama ini.
Seminar yang dihelat di Resto Goela Kelapa, Manahan, Surakarta itu menghadirkan para pakar, guru, praktisi dan orang tua yang memiliki pengalaman mendampingi anak dengan disleksia.
Seminar ini bertujuan untuk pemahaman masyarakat tentang pentingnya deteksi dan intervensi dini bagi anak disleksia yang sering mengalami kesulitan membaca, menulis, dan memahami pelajaran.
Disleksia seringkali tidak didasari oleh orang tua, padahal tanda-tandanya dapat dikenali sejak dini. Anak- anak dengan disleksia kerap kali mengucapkan kata secara terbalik, dan jika tidak segera diidentifikasi, hal ini menghambat proses belajar mereka.
Melalui seminar ini, para peserta diperkenalkan pada strategi dan metode praktis untuk mendukung perkembangan anak, termasuk pendekatan multisensori, adaptasi pembelajaran, dan penggunaan teknologi bantu.
DIpandu moderator Bunda Lutfia Nur Hayati,S.Sos, salah satu pembicara utama, Bunda Maya Savitri, S.Psi., Psikolog., menekankan pentingnya kolaborasi antara orang tua, guru, dan ahli untuk membantu anak mengatasi tantangan belajar mereka.
“Intervensi dini bukan hanya soal membantu anak belajar membaca lebih baik, tetapi juga membangun rasa percaya diri mereka sehingga mereka dapat mencapai potensi maksimal,” ujar psikolog pendidikan itu.
Dalam seminar ini juga diberikan praktik interaktif yang dipandu oleh Bunda Ambar Widiyastuti, S.E., sebagai praktisi sekaligus penanggung jawab Lembaga Terapi Disleksia Griya Baca Pelangi.
Orang tua belajar langsung bagaimana menerapkan strategi dan metode multisensori saat mendampingi anak belajar dirumah. Banyak peserta mengaku mendapat wawasan baru dan merasa lebih siap mendampingi anak-anak mereka.
“Anak dengan disleksia bukan berarti bodoh, mereka hanya mengalami kesulitan dalam mengeja dan berbicara dengan lancar. Namun, jika dikenali lebih awal, anak-anak ini bisa diarahkan dengan tepat dan mengetahui metode seperti apa yang harus dilakukan sehingga proses belajar mereka tidak terganggu,” ujar Bunda Ambar.
Bunda Sulis, salah satu peserta seminar mengapresiasi kegiatan. “Kami bersyukur bisa mengikuti seminar ini. Sebagai orang tua, kami sering bingung harus memulai dari mana. Sekarang kami lebih paham langkah-langkah yang harus diambil untuk membantu anak kami.” kata Bunda Sulis, salah satu peserta seminar.
Acara ini diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi masyarakat untuk lebih peduli dan memahami disleksia, sehingga anak-anak dengan kondisi disleksia ini dapat tumbuh dalam lingkungan yang mendukung perkembangan akademik dan emosional mereka.
Selain itu membuka peluang bagi orang tua, guru, serta praktisi untuk berkonsultasi lebih lanjut melalui program parenting yang akan diadakan dengan kerja sama antara sekolah atau lembaga lainnya. Serta memberikan dukungan menyeluruh dalam membantu perkembangan anak dengan kebutuhan belajar khusus dan menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan mampu memahami kebutuhan setiap anak secara lebih baik.
***
Berkontribusi di EDUKASIA.ID
EDUKASIA.ID mengundang Anda untuk terlibat dalam jurnalisme warga dengan mengirimkan berita, artikel, atau video terkait pendidikan, isu sosial, dan perkembangan terbaru. Berikan perspektif dan suara Anda untuk membangun wawasan publik.
Kirim karya Anda melalui WhatsApp: 085640418181, Email: redaksi@edukasia.id
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.