Masih Ada Kasta Diantara Kita?

Redaksi
0

Penulis : Ahmad Baedowi, Dosen PAI Univeritas Indonesia

EDUKASIA.ID
- Dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara kita sebagai warga negara sama dari sudut pandang hukum, hak dan kewajiban. Tidak ada manusia di Republik ini yang berhak merasa “lebih” dari yang lain. Dalam konsep kehidupan bernegara mungkin yang membedakan adalah peran dan fungsinya saja. Apalagi dalam konsep Agama. Dalam Islam sudah jelas semua manusia itu sama dihadapan Allah, yang membedakan adalah takwanya. Dalam Surat Al Hujurat ayat 13 disebutkan bahwa “Yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” Dalam ayat ini menukil dari Tafsir Wajiz dijelaskan bahwa Allah tidak menyukai orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau kepangkatan karena sungguh yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Karena itu takwa merupakan pembeda manusia satu dengan yang lainnya.

Memang pada hakikatnya manusia merupakan sebaik-baik makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt. Hal ini seperti yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an. Manusia pada dasarnya adalah salah satu makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt dengan penciptaan yang paling baik diantara makhluk Allah yang lain, kemudian Allah menciptakan manusia dengan tugas mulia yang mereka lakukan yakni beribadah kepada Allah Swt. Manusia diberikan potensi akal sekaligus nafsu yang terkadang manusia lebih sering menggunakan nafsunya darpada akalnya hingga muncullah sifat-sifat buruk yang ada dalam diri manusia seperti sombong, ujub, riya, dan lain sebagainya.

Penggunaan nafsu dari pada akal dibuktikan dengan sangat mudah seseorang yang memiliki kedudukan yang lebih di mata Masyarakat sebagai pendakwah, pejabat, atau orang yang merasa kaya dan berlebih harta menghina dan merendahkan orang lain yang dianggap rendah dalam pandangannya. Padahal belum tentu yang menghina lebih baik dari yang dihina. Apalagi dilakukan oleh seorang pendakwah yang seharusnya memiliki pemahaman dan pengetahuan agama yang baik serta egaliter dalam memandang kehidupan. Karena para ulama pendahulu mengajarkan dalam berdakwah penuh dengan hati-hati agar tidak melukai.

Belakangan manusia tidak sadar akan sifat-sifat buruk yang menjadikan hal itu sebagai sesuatu yang lumrah, dianggap biasa dia merasa dirinya lebih baik dari yang lain. Hal ini menjadikan karakter manusia tidak menghargai orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa contohnya adalah: manusia merasa tinggi dari yang lain, manusia iri dengan prestasi sesamanya dan saling menjatuhkan, manusia yang sedang berkuasa tidak sadar bahwa ia sedang berbuat zalim dengan yang lain.

Sifat merasa unggul dan merendahkan merupakan bagian dari sifat-sifat buruk manusia yang oleh Imam Al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin disebut sebagai Sifat Rububiyah (sifat ke-Tuhanan). Beberapa contoh dari sifat ini adalah: kesombongan, kebanggaan, kesewenang-wenangan, suka pujian dan sanjungan, kemuliaan, kekayaan, dan mencari kekuasaan atas seluruh manusia. Oleh karena itu sebagai seorang muslim kita seyogyanya tidak memandang rendah orang lain dengan alas an apapun. Apalagi dilakukan oleh seorang yang bergelar Ustadz atau Da’i.

Menurut Ibnu Athoillah as-Sakandari, seorang ulama sufi yang terkenal dengan kitabnya al-Hikam, memberikan pandangan mendalam terkait bahaya merasa lebih baik dari orang lain. Perasaan semacam ini, yang sering disebut dengan kesombongan atau ujub, dianggap sebagai penyakit hati yang dapat menghambat seseorang dalam mencapai kedekatan dengan Allah, Menghilangkan Ketenangan Hati, Membuat Hubungan Sosial Menjadi Buruk serta menghalangi Perkembangan Diri. Lebih lanjut Ibnu Athoillah mengingatkan kepada kita tentang pentingnya menjaga kerendahan hati. Beliau mengajarkan bahwa semakin dekat seseorang dengan Allah, semakin ia menyadari betapa kecil dan tidak berdayanya dirinya.

Hal ini agar sifat merasa lebih hebat, lebih unggul dari orang lain yang merupakan penyakit hati tidak bersemayam pada diri kita sehingga tidak ada pembedaan antara sesama kita, tidak ada “kasta” dalam diri kita yang terlampau mengagumi diri sendiri dan memandang rendah yang lain.

***
Berkontribusi di EDUKASIA.ID

EDUKASIA.ID mengundang Anda untuk terlibat dalam jurnalisme warga dengan mengirimkan berita, artikel, atau video terkait pendidikan, isu sosial, dan perkembangan terbaru. Berikan perspektif dan suara Anda untuk membangun wawasan publik.

Kirim karya Anda melalui WhatsApp: 085640418181, Email: redaksi@edukasia.id

Youtube : EDUKASIA ID
Facebook: EDUKASIAID
Instagram: EDUKASIAID
Twitter: EDUKASIAID
Tiktok: EDUKASIAID
LinkedIn: EDUKASIAID

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top